— battling to infinity
Kegagalan Farrokh Bulsara bersama
Sour Milk Sea nyaris bersamaan dengan kegagalan Brian May dan Roger Taylor bersama
Smile. Brian May mulanya mengajak kawannya yang merupakan pelajar di Ealing Art
College, Timothy John Staffell (Tim Staffell) untuk membentuk sebuah grup band.
Saat itu Brian menjadi pelajar di Imperial College London dengan gairah tak
biasa ketika memainkan gitar. Keduanya pun segera berbagi peran, May sebagai guitarist sementara Tim biasa sebagai bassist dan vocalist.
Keduanya membutuhkan seorang sebagai
penggebuk drum. Sebagai tindak lanjut, May mengumumkan audisi pencarian drummer yang ditulisnya di papan
pengumuman perguruan tinggi tempat dia belajar. Dalam pengumumannya, May
menyebut nama John Ronald Mitchell (Mitch Mitchell) & Peter Edward Baker
(Ginger Baker) sebagai gambaran drummer
yang dicari.
Roger Taylor yang melihat pengumuman
ini tertarik untuk mengikuti audisi. Roger saat itu masih menjalani masa
belajarnya di program studi Dokter Gigi di perguruan tinggi yang sama dengan
May. Setelah menjalani masa audisi, Roger pun didapuk menjadi drummer bentukan May tersebut. May, Tim,
dan Roger lalu bersama membentuk grup band yang mereka beri nama Smile pada
1968.
Band ini lebih bagus perjalanannya
ketimbang band tempat Farrokh bergabung pada saat bersamaan. Tak begitu lama
sesudah dibentuk, Smile dengan segera mendapatkan perusahaan rekaman yang
menaunginya. Sekitar setahun sesudah pembentukan, 1969, Smile mendatangani
kontrak dengan Mercury Records, yang memberikan pengalaman rekaman di salah
satu studio milik mereka, Trident Studios, pada tahun tersebut.
Perjalanan rekaman yang dimulai pada tahun
kedua sesudah pembentukan berjalan bagus. Smile berhasil merampungkan enam
langgam gubahan sendiri untuk disajikan pada khalayak. Tiga langgam perdana
berjudul Earth, Step on Me, dan Doin’ All
Right, direkam pada Juni 1969. Beberapa bulan kemudian, September 1969,
tiga langgam menambahi daftar rekam langgam mereka. Ketiga langgam tersebut
berjudul April Lady, Blag, dan Polar Bear.
Pada masa-masa berjuang mengibarkan
bendera Smile, Tim juga menjalin persahabatan intim dengan Farrokh. Keduanya
sama-sama menjadi pelajar di Ealing Art College. Kepada Farrokh, Tim
memperkenalkan band barunya bernama Smile itu. Farrokh tak lama-lama menyimak
enam langgam yang sudah dihasilkan Smile. Dia sangat menikmati sajian musik
yang diberikan dan segera menyebut dirinya sebagai penggemar berat Smile.
Sayang band yang dibentuk dengan
semangat menggebu atas dasar keisengan May ini hanya berumur sekejap saja.
Mereka hanya berhasil menghasilkan enam langgam saja dan membubarkan diri pada
tahun 1970, dua tahun sesudah dibentuk. Pengunduran diri Tim dari Smile untuk
membentuk Humpy Bong membikin May serta Roger memutuskan Smile bubar.
Serupa dengan Smile, Humpy Bong pun
dibentuk oleh dua orang, Frederick Colin Petersen dan Jonathan Kelly. Colin yang menjadi drummer, serta Jonathan yang bermain
sebagai lead vocalist dan lead guitarist, membutuhkan satu orang
lagi untuk bermain sebagai bassist
dan co-vocalist. Tim yang sudah
membentuk Smile bersama May dan Roger, tertarik untuk bergabung dengan Humpy
Bong. Ketertarikan yang belakangan membikin Tim harus undur diri dari Smile.
Farrokh yang sudah kesengsem dengan
karya Smile tak rela grup ini bubar tanpa dilanjutkan. Dia terus mendorong May
dan Roger untuk tetap melanjutkan unjuk rasa mereka. Ketiganya lalu sepakat
membentuk grup band baru, sebagai hasrat mereka untuk bersama memadu unjuk rasa
melalui karya musik untuk menghibur yang papa dan mengingatkan yang mapan.
Grup band baru yang mereka sepakati
itu dinamakan Queen, pemberian Farrokh. Dia menyebut bahwa Queen hanyalah nama
yang terlintas dalam hatinya saat itu. Dia sangat senang dengan nama yang
terasa indah dan memiliki muruah ini. Selain itu, nama Queen juga bersifat umum
dan bebas dibahas dengan beragam penafsiran.
Dengan semangat, ketiganya menata
barisan dalam grup baru ini: Farrokh sebagai lead vocalist dan keyboardist,
May menjadi lead guitarist dan co-vocalist, serta Roger menjadi drummer dan co-vocalist. Mereka masih membutuhkan satu orang untuk mengisi
posisi sebagai bassist yang juga bisa menjadi co-vocalist. Kali ini May tak seberuntung saat dia mendapatkan
Roger untuk Smile. Butuh beberapa saat yang walau tak terlampau lama sempat
membikin mereka bongkar-pasang susunan pemain di masa-masa awal pembentukan.
Semula posisi ini ditempati oleh Mike
Grose yang bergabung pada akhir tahun 1970. Sayang Mike dan Queen belum bisa
menemukan kepaduan. Mike pun segera digantikan oleh Barry Mitchell selama
pergantian tahun 1970 menjadi 1971. Barry pun tak bisa cocok dengan Queen dan
harus digantikan oleh Doug Ewood Boogie. Lagi dan lagi, pencabik bass ketiga
ini pun tak cocok. Hingga akhirnya pada Februari 1971, mereka mendapatkan bassist abadi mereka, John Richard
Deacon, anak ajaib kelahiran Leicester, Britania, 19 Agustus 1951.
Keempat the great line-up ini segera menemukan kecocokan teknis dan psikis.
Kecocokan yang kelak akan menimbulkan perdebatan ketika Freddie pindah dimensi
alam. Keempatnya, walau belum mendapatkan perusahaan rekaman, dengan percaya
diri mulai unjuk penampilan. Penampilan perdana mereka lakukan di sebuah
perguruan tinggi di perguruan tinggi Surrey, London, pada 02 Juli 1971.
Penampilan tersebut memberikan
kesempatan pada mereka untuk melakukan rekaman awal dengan menggunakan De Lane
Lea Studios, sebuah studio musik yang terletak di Jalan Dean no. 75, Soho, London. Di studio
ini pula grup band legendaris pendahulu Queen, The Beatles dan The Rolling
Stones, merekam demo debut mereka. Di sini Queen merekam langgam sebagai demo
yang ditawarkan pada perusahaan rekaman. Perekaman awal dilakukan pada Desember
1971 dengan menghasilkan empat buah langgam gubahan sendiri: Liar, Keep Yourself Alive, The
Night Comes Down, dan Jesus.
Sayang, tak ada satupun perusahaan rekaman yang tertarik dengan keempat karya
yang mereka tawarkan itu.
Pada masa-masa bergerilya gentayangan
mencari perusahaan rekaman ini, Farrokh menambahkan nama Mercury di belakang
nama sapaannya, Freddie. Nama ‘Mercury’ terinspirasi dari karya gubahan Queen
sendiri berjudul My Fairy King.
Paduan kata dalam balutan nada, “Mother
Mercury, look what they've done to me”, menginspirasinya untuk melengkapi
sapaannya menjadi Freddie Mercury. Keterampilan yang didapat Farrokh saat
belajar seni membuatnya merasa perlu untuk membentuk logo Queen. Tanpa pikir
panjang, dia pun segera menyusun rancangan.
Rancangan dasar logo tersebut berupa
mahkota yang biasa dipakai oleh ratu (queen).
Dasar logo tersebut kemudian digabungkan dengan lambang zodiak setiap punggawa.
Dua singa sebagai penanda zodiak Roger dan Deacon (Leo), kepiting menandai zodiak
Brian (Cancer), sementara peri menjadi penanda Farrokh (Virgo). Kedua singa
masing-masing memegang huruf Q yang mewadahi sebuah mahkota, kepiting berada di
atas huruf Q, serta peri digambarkan ada dua yang masing-masing tampak
berlindung di bawah singa.
Seluruh logo tersebut dibubuhi
kobaran api dan tampak dilindungi oleh seekor burung phoenix berukuran besar.
Logo ini sangat terasa Britania lantaran disengaja supaya menyerupai logo
Britania Raya dan pendukung tim sepak bola nasional Inggris. Penyusunan logo
ini, walau semula tak diduga, terjadi beberapa saat saja jelang rekaman perdana
mereka. Walau sempat terjadi beberapa perubahan, logo ini terus digunakan sejak
pertama dirancang hingga sekarang. Perubahan memang tak begitu kentara lantaran
tetap menggunakan bentuk yang sama dengan perbedaan pada pada warna.
Sesudah mengalami gerilya mencari
perusahaan rekaman, akhirnya Queen berhasil memulai unjuk rasa melalui karya
mereka dengan membawa label EMI. Mereka melakoni rekaman di Trident Studios,
London, Britania sepanjang Juni hingga November 1972, dan berhasil merilis
album perdana mereka. Album perdana berjudul Queen tersebut dirilis pada 13 Juli 1973 berhasil mendapat sambutan
hangat. Sayang sambutan hangat tersebut belum membikin Queen dikenal lebih luas
di daratan Britania.
Tak lama-lama, mereka segera kembali
ke dapur rekaman. Perekaman yang dilakukan di Trident Studios, London,
sepanjang Agustus 1973 ini berhasil merilis album kedua berjudul Queen II pada 08 Maret 1974. Album ini
membawa nama Queen berhasil dikenal luas di daratan Britania. Pada tahun yang
sama, sebuah album berhasil mereka hadirkan kembali. Album berjudul Sheer Heart Attack dirilis pada 8
November 1974 menjadi penegas bahwa Queen siap bertarung dan berjuang dengan brand lain.
Meski terbilang berani dan produktif
dalam berkarya (satu album tahun 1973 dan dua album tahun 1974), Queen baru
benar-benar menghentak khalayak ketika mereka merilis album keempat berjudul A Night at the Opera. Album yang isinya
direkam di Sarm West Studios, Olympic Studios, dan Rockfield Studios sepanjang
Agustus hingga November 1975 ini berhasil melejitkan nama mereka ke jajaran
grup band papan atas. Melalui album yang dirilis pada 21 November 1975 ini,
Queen berhasil menahbiskan diri mereka sebagai ‘Queen’ sejak saat itu.
B.Sn.Wg.231249.37.250916.21:58