Queen


battling to infinity
 
Queen; Brian May; Farrokh Bulsara; Madonna; DEWA19; Linkin Park; 2NE1; Ahmad Dhani; Andra Ramadhan; Mike Shinoda; Britney Spears; Park Bom; CL; Musik; antique; divine; incredible; beyond; insan; basyar; naas; rabbi; rububiyyah; ilah; uluhiyyah; al-du’a; silah; al-mukmin; du’a; doa; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; RM Adhila; Mazdik; Break Hard; Alobatnic; The Battle-Mate; Alobatnic and The Battle-Mate; Pelantan;
Para punggawa Queen dalam pembikinan video musik Breakthru
Kegagalan Farrokh Bulsara bersama Sour Milk Sea nyaris bersamaan dengan kegagalan Brian May dan Roger Taylor bersama Smile. Brian May mulanya mengajak kawannya yang merupakan pelajar di Ealing Art College, Timothy John Staffell (Tim Staffell) untuk membentuk sebuah grup band. Saat itu Brian menjadi pelajar di Imperial College London dengan gairah tak biasa ketika memainkan gitar. Keduanya pun segera berbagi peran, May sebagai guitarist sementara Tim biasa sebagai bassist dan vocalist.

Keduanya membutuhkan seorang sebagai penggebuk drum. Sebagai tindak lanjut, May mengumumkan audisi pencarian drummer yang ditulisnya di papan pengumuman perguruan tinggi tempat dia belajar. Dalam pengumumannya, May menyebut nama John Ronald Mitchell (Mitch Mitchell) & Peter Edward Baker (Ginger Baker) sebagai gambaran drummer yang dicari.

Roger Taylor yang melihat pengumuman ini tertarik untuk mengikuti audisi. Roger saat itu masih menjalani masa belajarnya di program studi Dokter Gigi di perguruan tinggi yang sama dengan May. Setelah menjalani masa audisi, Roger pun didapuk menjadi drummer bentukan May tersebut. May, Tim, dan Roger lalu bersama membentuk grup band yang mereka beri nama Smile pada 1968.

Band ini lebih bagus perjalanannya ketimbang band tempat Farrokh bergabung pada saat bersamaan. Tak begitu lama sesudah dibentuk, Smile dengan segera mendapatkan perusahaan rekaman yang menaunginya. Sekitar setahun sesudah pembentukan, 1969, Smile mendatangani kontrak dengan Mercury Records, yang memberikan pengalaman rekaman di salah satu studio milik mereka, Trident Studios, pada tahun tersebut.

Perjalanan rekaman yang dimulai pada tahun kedua sesudah pembentukan berjalan bagus. Smile berhasil merampungkan enam langgam gubahan sendiri untuk disajikan pada khalayak. Tiga langgam perdana berjudul Earth, Step on Me, dan Doin’ All Right, direkam pada Juni 1969. Beberapa bulan kemudian, September 1969, tiga langgam menambahi daftar rekam langgam mereka. Ketiga langgam tersebut berjudul April Lady, Blag, dan Polar Bear.

Pada masa-masa berjuang mengibarkan bendera Smile, Tim juga menjalin persahabatan intim dengan Farrokh. Keduanya sama-sama menjadi pelajar di Ealing Art College. Kepada Farrokh, Tim memperkenalkan band barunya bernama Smile itu. Farrokh tak lama-lama menyimak enam langgam yang sudah dihasilkan Smile. Dia sangat menikmati sajian musik yang diberikan dan segera menyebut dirinya sebagai penggemar berat Smile.

Sayang band yang dibentuk dengan semangat menggebu atas dasar keisengan May ini hanya berumur sekejap saja. Mereka hanya berhasil menghasilkan enam langgam saja dan membubarkan diri pada tahun 1970, dua tahun sesudah dibentuk. Pengunduran diri Tim dari Smile untuk membentuk Humpy Bong membikin May serta Roger memutuskan Smile bubar.

Serupa dengan Smile, Humpy Bong pun dibentuk oleh dua orang, Frederick Colin Petersen  dan Jonathan Kelly. Colin yang menjadi drummer, serta Jonathan yang bermain sebagai lead vocalist dan lead guitarist, membutuhkan satu orang lagi untuk bermain sebagai bassist dan co-vocalist. Tim yang sudah membentuk Smile bersama May dan Roger, tertarik untuk bergabung dengan Humpy Bong. Ketertarikan yang belakangan membikin Tim harus undur diri dari Smile.

Farrokh yang sudah kesengsem dengan karya Smile tak rela grup ini bubar tanpa dilanjutkan. Dia terus mendorong May dan Roger untuk tetap melanjutkan unjuk rasa mereka. Ketiganya lalu sepakat membentuk grup band baru, sebagai hasrat mereka untuk bersama memadu unjuk rasa melalui karya musik untuk menghibur yang papa dan mengingatkan yang mapan.

Grup band baru yang mereka sepakati itu dinamakan Queen, pemberian Farrokh. Dia menyebut bahwa Queen hanyalah nama yang terlintas dalam hatinya saat itu. Dia sangat senang dengan nama yang terasa indah dan memiliki muruah ini. Selain itu, nama Queen juga bersifat umum dan bebas dibahas dengan beragam penafsiran.

Dengan semangat, ketiganya menata barisan dalam grup baru ini: Farrokh sebagai lead vocalist dan keyboardist, May menjadi lead guitarist dan co-vocalist, serta Roger menjadi drummer dan co-vocalist. Mereka masih membutuhkan satu orang untuk mengisi posisi sebagai bassist  yang juga bisa menjadi co-vocalist. Kali ini May tak seberuntung saat dia mendapatkan Roger untuk Smile. Butuh beberapa saat yang walau tak terlampau lama sempat membikin mereka bongkar-pasang susunan pemain di masa-masa awal pembentukan.

Semula posisi ini ditempati oleh Mike Grose yang bergabung pada akhir tahun 1970. Sayang Mike dan Queen belum bisa menemukan kepaduan. Mike pun segera digantikan oleh Barry Mitchell selama pergantian tahun 1970 menjadi 1971. Barry pun tak bisa cocok dengan Queen dan harus digantikan oleh Doug Ewood Boogie. Lagi dan lagi, pencabik bass ketiga ini pun tak cocok. Hingga akhirnya pada Februari 1971, mereka mendapatkan bassist abadi mereka, John Richard Deacon, anak ajaib kelahiran Leicester, Britania, 19 Agustus 1951.

Keempat the great line-up ini segera menemukan kecocokan teknis dan psikis. Kecocokan yang kelak akan menimbulkan perdebatan ketika Freddie pindah dimensi alam. Keempatnya, walau belum mendapatkan perusahaan rekaman, dengan percaya diri mulai unjuk penampilan. Penampilan perdana mereka lakukan di sebuah perguruan tinggi di perguruan tinggi Surrey, London, pada 02 Juli 1971.

Penampilan tersebut memberikan kesempatan pada mereka untuk melakukan rekaman awal dengan menggunakan De Lane Lea Studios, sebuah studio musik yang terletak di  Jalan Dean no. 75, Soho, London. Di studio ini pula grup band legendaris pendahulu Queen, The Beatles dan The Rolling Stones, merekam demo debut mereka. Di sini Queen merekam langgam sebagai demo yang ditawarkan pada perusahaan rekaman. Perekaman awal dilakukan pada Desember 1971 dengan menghasilkan empat buah langgam gubahan sendiri: Liar, Keep Yourself Alive, The Night Comes Down, dan Jesus. Sayang, tak ada satupun perusahaan rekaman yang tertarik dengan keempat karya yang mereka tawarkan itu.

Pada masa-masa bergerilya gentayangan mencari perusahaan rekaman ini, Farrokh menambahkan nama Mercury di belakang nama sapaannya, Freddie. Nama ‘Mercury’ terinspirasi dari karya gubahan Queen sendiri berjudul My Fairy King. Paduan kata dalam balutan nada, “Mother Mercury, look what they've done to me”, menginspirasinya untuk melengkapi sapaannya menjadi Freddie Mercury. Keterampilan yang didapat Farrokh saat belajar seni membuatnya merasa perlu untuk membentuk logo Queen. Tanpa pikir panjang, dia pun segera menyusun rancangan.

Rancangan dasar logo tersebut berupa mahkota yang biasa dipakai oleh ratu (queen). Dasar logo tersebut kemudian digabungkan dengan lambang zodiak setiap punggawa. Dua singa sebagai penanda zodiak Roger dan Deacon (Leo), kepiting menandai zodiak Brian (Cancer), sementara peri menjadi penanda Farrokh (Virgo). Kedua singa masing-masing memegang huruf Q yang mewadahi sebuah mahkota, kepiting berada di atas huruf Q, serta peri digambarkan ada dua yang masing-masing tampak berlindung di bawah singa.

Seluruh logo tersebut dibubuhi kobaran api dan tampak dilindungi oleh seekor burung phoenix berukuran besar. Logo ini sangat terasa Britania lantaran disengaja supaya menyerupai logo Britania Raya dan pendukung tim sepak bola nasional Inggris. Penyusunan logo ini, walau semula tak diduga, terjadi beberapa saat saja jelang rekaman perdana mereka. Walau sempat terjadi beberapa perubahan, logo ini terus digunakan sejak pertama dirancang hingga sekarang. Perubahan memang tak begitu kentara lantaran tetap menggunakan bentuk yang sama dengan perbedaan pada pada warna.

Sesudah mengalami gerilya mencari perusahaan rekaman, akhirnya Queen berhasil memulai unjuk rasa melalui karya mereka dengan membawa label EMI. Mereka melakoni rekaman di Trident Studios, London, Britania sepanjang Juni hingga November 1972, dan berhasil merilis album perdana mereka. Album perdana berjudul Queen tersebut dirilis pada 13 Juli 1973 berhasil mendapat sambutan hangat. Sayang sambutan hangat tersebut belum membikin Queen dikenal lebih luas di daratan Britania.

Tak lama-lama, mereka segera kembali ke dapur rekaman. Perekaman yang dilakukan di Trident Studios, London, sepanjang Agustus 1973 ini berhasil merilis album kedua berjudul Queen II pada 08 Maret 1974. Album ini membawa nama Queen berhasil dikenal luas di daratan Britania. Pada tahun yang sama, sebuah album berhasil mereka hadirkan kembali. Album berjudul Sheer Heart Attack dirilis pada 8 November 1974 menjadi penegas bahwa Queen siap bertarung dan berjuang dengan brand lain.

Meski terbilang berani dan produktif dalam berkarya (satu album tahun 1973 dan dua album tahun 1974), Queen baru benar-benar menghentak khalayak ketika mereka merilis album keempat berjudul A Night at the Opera. Album yang isinya direkam di Sarm West Studios, Olympic Studios, dan Rockfield Studios sepanjang Agustus hingga November 1975 ini berhasil melejitkan nama mereka ke jajaran grup band papan atas. Melalui album yang dirilis pada 21 November 1975 ini, Queen berhasil menahbiskan diri mereka sebagai ‘Queen’ sejak saat itu.

B.Sn.Wg.231249.37.250916.21:58