— buah persahabatan cinta yang tulus
Perjumpaan
Mike Shinoda dengan Brad Delson dan Rob Bourdon ketika sekolah di Agoura High
School membawa ketiganya sepakat membentuk sebuah grup band. Grup band yang
diberi nama Xero itu dirancang dengan serius untuk sanggup menggelinjang dalam
industri musik dengan bagus.
Keseriusan
mereka terus bertahan sesudah berpisah sekolah. Perpisahan ruang tak menjadikan
mereka lupa mewujudkan impian bersama yang dirancang. Malahan sebagai upaya
mewujudkannya, masing-masing membawa satu sahabat barunya untuk ikut serta.
Di Pasadena,
Mike berjumpa sesama darah Asia, Joe Hahn (Joseph Hahn). Laki berdarah Korea
ini tak sampai menyelesaikan kuliahnya, kosok bali dengan Mike. Hanya saja
sejak perjumpaan mereka, Mike tertarik mengajakserta Joe Hahn untuk bergabung
ke dalam Xero.
Sementara itu,
di Westwood, Los Angeles, Delson
menjejak Mike dengan menjalin ikatan cinta bersama Dave Farrell. Mereka berdua
berbagi ranjang bersama selama tiga tahun lamanya. Interaksi intim yang
perlahan malar terjalin membikin Delson tak ragu mengajakserta ‘Phoenix’
bergabung Xero.
Rob Bourdon
pun tak mau kalah dengan dua sahabatnya. Sepertihalnya Mike dan Delson, Bourdon
pun mengajakserta sahabatnya, Mark Wakefield, untuk bergabung bersama di Xero.
Masuknya tiga
punggawa baru dalam grup ini membikin mereka menyusun ulang formasi yang telah
dirancang. Semula Mike berperan sebagai lead
vocalist dan keyboardist, Delson
sebagai lead guitarist, serta Bourdon
sebagai drummer. Seiring masuknya Mark,
Mike pun berperan sebagai tandem vocalist
berpadu dengan Mark yang ditunjuk sebagai lead
vocalist-nya. Sementara kehadiran ‘Phoenix’ dan Hahn memperkaya nuansa rasa
mereka. Phoenix memegang peranan sebagai bassists
sementara Hahn menjadi turntablist.
Membawa serta turntablist ke dalam grup yang dirancang
menggelinjang membawa warna utama rock
adalah sebuah gagasan brilian. Sebuah langkah maju saat itu dan berbeda dengan
kebanyakan grup serupa. Sebuah langkah untuk hadir memperkaya bukan meramaikan
saja.
Rasa bahagia
yang menyelimuti sukma mereka membikin keenamnya tak merisaukan masalah dana.
Mereka mengakali keterbatasan pendanaan dengan mendayagunakan kamar tidur Mike
Shinoda sebagai ‘studio’-nya. Di ‘studio darurat’ ini mereka berembug bersama memadukan
segala unjuk rasa untuk menghasilkan karya. Jadilah empat langgam berhasil
direkam sebagai demo pada 1996. Demo yang mereka pakai sebagai langkah awal
mendapatkan label rekaman tersebut diberi nama Xero.
Dewi fortuna
yang belum hadir pada mereka membikin rasa frustasi terus menerus menggelayut
menjadi kabut dalam hati. Dari hari ke hari, mereka tak kunjung bisa mendapat
label rekaman sebagai jalan melangkah ke ranah industri. Hingga akhirnya pada
1998 dua punggawa memilih undur diri.
Mark pamitan
untuk selamanya, melampiaskan hasratnya tanpa bersama lima punggawa lainnya,
sementara Phoenix undur diri demi ikut serta dalam tur bersama grup lain, Tasty
Snax. Tampak tak ada masalah ditinggal Mark, lantaran jika memaksa berempat
saja Mike bisa menjadi tukang teriak-teriaknya, walakin mereka tetap berupaya mempertahankan
formasi berenam.
Posisi yang
ditinggal Phoenix sementara diisi oleh Kyle Christner. Lalu perpisahan dengan
Mark membuka ruang bagi Chester Bennington untuk bergabung. Semula Chester adalah
bagian dari grup bernama Grey Daze. Bergabungnya tak Chester dengan grup Xero
tak lepas dari peran Jeff Blue.
Jeff Blue merupakan
bagian dari Artists and Repertoire (A&R) di Warner Bros Records. Blue
sempat bekerja sama dengan Delson saat sahabat Mike ini sedang magang di sana.
Blue melihat hasrat kuat pada jiwa pemuda ini hingga dia peduli memberikan
kritik dan saran. Blue mengkiritik rekaman demo bertajuk Xero dan pada saat dia tahu grup Xero ditinggal pergi oleh lead vocalist-nya. Saran mendayagunakan
Chester tersebut segera disampaikan pada Delson serta Mike.
Blue merupakan
salah seorang penting bagi karir Mike dan sahabatnya. Dia lah sosok yang terus
memberikan dukungan psikis dan teknis pada grup yang dilahirkan dengan nama
Xero ini. Salah satu peristiwa tak terlupa adalah usulan Blue mengganti nama
Xero dengan Hybrid Theory. Nama tersebut diberikan Blue sebagai caranya memuji
eratnya hubungan Mike dan Chester sesudah laki Arizona ini bergabung pada Xero,
Maret 1999.
Sebagaimana
dilakukan Mark, Chester pun mulai unjuk penampilan bersama grup barunya dengan
ikutserta berkarya. Karya perdana mereka adalah album mini berjudul Hybrid Theory (EP) dirilis pada 01 Mei
1999. Blue terkesan dengan penampilan yang ditunjukkan para punggawa Hybrid
Theory di Whisky a Go Go, salah satu tempat hiburan malam berlokasi di West
Hollywood, California. Nalurinya selama memegang peranan sebagai pemandu bakat
di industri hiburan tersengat melihat hasrat dan bakat hebat. Dia pun getol
ikutserta mempromosikan hingga kontrak dengan label rekaman didapat.
Gerbang
menggelinjang didapatkan sesudah dilakukan pergantian nama untuk kali kedua.
Chester, tukang teriak dengan nada tinggi dan energi melimpah ruah ini,
menyarankan agar nama grupnya diganti menjadi Lincoln Park. Nama ini disarankan
Chester sebagai cara mereka menghormati Saint Monica, salah seorang yang
dikagumi Chester.
Usulan Chester
diterima oleh semua punggawa. Hanya saja ketika Mike hendak membikin sebuah
situs untuk grup mereka, dijumpai sebuah kendala. Mike yang benar-benar serius
memasuki industri harus gigit jari ketika dia hendak membikin situs untuk
grupnya ini. Nama Lincoln Park yang disepakati justru sudah diambil menjadi
nama domain tersendiri, lincolnpark.com.
Tak mau lama-lama
dan tak mau mengganti lagi nama yang sudah bagus ini, dia pun hanya melakukan
penyesuaian ejaan. Jadilah nama Linkin Park sebagai nama ketiga sekaligus
terakhir mereka. Nama ini sendiri belum menjadi domain manapun. Walau terkesan
plesetan tak sopan, tetapi hal ini hanyalah keterpaksaan saja. Lagipula kalau ngoyo dan memang bisa dengan Lincoln
Park, bukankah sudah ada Lincoln yang melegenda dari tanah air mereka?
Setelah label
rekaman didapat, para punggawa pun semakin bersemangat untuk terus menggeliat.
Delson yang lulus dari UCLA dengan semat summa
cum laude bahkan rela melepas kesempatan melanjutkan sekolahnya ke jenjang
berikutnya di bidang Hukum. Hal ini dia lakoni demi mengerahkan segala daya dan
upaya supaya berhasil mewujudkan impian lama bersama sahabatnya, Mike Shinoda
dan Rob Bourdon.
Hybrid Theory berhasil mulai membawa mereka segera
menyapa khalayak. Mengakhiri masa-masa penuh frustasi lantaran seringnya
mangkrak. Melalui Hybrid Theory pernyataan
misi karir mereka di-jlentrehkan. Mereka
berupaya memadukan segala hasrat setiap punggawa: menunjukkan bahwa mereka
adalah grup yang diperkuat oleh para punggawa beda warna yang sanggup berpadu
tanpa saling beradu.
B.Sn.Wg.231249.37.250916.22:06