Linkin Park


— buah persahabatan cinta yang tulus
 
Queen; Brian May; Farrokh Bulsara; Madonna; DEWA19; Linkin Park; 2NE1; Ahmad Dhani; Andra Ramadhan; Mike Shinoda; Britney Spears; Park Bom; CL; Musik; antique; divine; incredible; beyond; insan; basyar; naas; rabbi; rububiyyah; ilah; uluhiyyah; al-du’a; silah; al-mukmin; du’a; doa; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; RM Adhila; Mazdik; Break Hard; Alobatnic; The Battle-Mate; Alobatnic and The Battle-Mate; Pelantan;
Linkin Park
Perjumpaan Mike Shinoda dengan Brad Delson dan Rob Bourdon ketika sekolah di Agoura High School membawa ketiganya sepakat membentuk sebuah grup band. Grup band yang diberi nama Xero itu dirancang dengan serius untuk sanggup menggelinjang dalam industri musik dengan bagus.

Keseriusan mereka terus bertahan sesudah berpisah sekolah. Perpisahan ruang tak menjadikan mereka lupa mewujudkan impian bersama yang dirancang. Malahan sebagai upaya mewujudkannya, masing-masing membawa satu sahabat barunya untuk ikut serta.

Di Pasadena, Mike berjumpa sesama darah Asia, Joe Hahn (Joseph Hahn). Laki berdarah Korea ini tak sampai menyelesaikan kuliahnya, kosok bali dengan Mike. Hanya saja sejak perjumpaan mereka, Mike tertarik mengajakserta Joe Hahn untuk bergabung ke dalam Xero.

Sementara itu, di  Westwood, Los Angeles, Delson menjejak Mike dengan menjalin ikatan cinta bersama Dave Farrell. Mereka berdua berbagi ranjang bersama selama tiga tahun lamanya. Interaksi intim yang perlahan malar terjalin membikin Delson tak ragu mengajakserta ‘Phoenix’ bergabung Xero.

Rob Bourdon pun tak mau kalah dengan dua sahabatnya. Sepertihalnya Mike dan Delson, Bourdon pun mengajakserta sahabatnya, Mark Wakefield, untuk bergabung bersama di Xero.

Masuknya tiga punggawa baru dalam grup ini membikin mereka menyusun ulang formasi yang telah dirancang. Semula Mike berperan sebagai lead vocalist dan keyboardist, Delson sebagai lead guitarist, serta Bourdon sebagai drummer. Seiring masuknya Mark, Mike pun berperan sebagai tandem vocalist berpadu dengan Mark yang ditunjuk sebagai lead vocalist-nya. Sementara kehadiran ‘Phoenix’ dan Hahn memperkaya nuansa rasa mereka. Phoenix memegang peranan sebagai bassists sementara Hahn menjadi turntablist.

Membawa serta turntablist ke dalam grup yang dirancang menggelinjang membawa warna utama rock adalah sebuah gagasan brilian. Sebuah langkah maju saat itu dan berbeda dengan kebanyakan grup serupa. Sebuah langkah untuk hadir memperkaya bukan meramaikan saja.

Rasa bahagia yang menyelimuti sukma mereka membikin keenamnya tak merisaukan masalah dana. Mereka mengakali keterbatasan pendanaan dengan mendayagunakan kamar tidur Mike Shinoda sebagai ‘studio’-nya. Di ‘studio darurat’ ini mereka berembug bersama memadukan segala unjuk rasa untuk menghasilkan karya. Jadilah empat langgam berhasil direkam sebagai demo pada 1996. Demo yang mereka pakai sebagai langkah awal mendapatkan label rekaman tersebut diberi nama Xero.

Dewi fortuna yang belum hadir pada mereka membikin rasa frustasi terus menerus menggelayut menjadi kabut dalam hati. Dari hari ke hari, mereka tak kunjung bisa mendapat label rekaman sebagai jalan melangkah ke ranah industri. Hingga akhirnya pada 1998 dua punggawa memilih undur diri.

Mark pamitan untuk selamanya, melampiaskan hasratnya tanpa bersama lima punggawa lainnya, sementara Phoenix undur diri demi ikut serta dalam tur bersama grup lain, Tasty Snax. Tampak tak ada masalah ditinggal Mark, lantaran jika memaksa berempat saja Mike bisa menjadi tukang teriak-teriaknya, walakin mereka tetap berupaya mempertahankan formasi berenam.

Posisi yang ditinggal Phoenix sementara diisi oleh Kyle Christner. Lalu perpisahan dengan Mark membuka ruang bagi Chester Bennington untuk bergabung. Semula Chester adalah bagian dari grup bernama Grey Daze. Bergabungnya tak Chester dengan grup Xero tak lepas dari peran Jeff Blue.

Jeff Blue merupakan bagian dari Artists and Repertoire (A&R) di Warner Bros Records. Blue sempat bekerja sama dengan Delson saat sahabat Mike ini sedang magang di sana. Blue melihat hasrat kuat pada jiwa pemuda ini hingga dia peduli memberikan kritik dan saran. Blue mengkiritik rekaman demo bertajuk Xero dan pada saat dia tahu grup Xero ditinggal pergi oleh lead vocalist-nya. Saran mendayagunakan Chester tersebut segera disampaikan pada Delson serta Mike.

Blue merupakan salah seorang penting bagi karir Mike dan sahabatnya. Dia lah sosok yang terus memberikan dukungan psikis dan teknis pada grup yang dilahirkan dengan nama Xero ini. Salah satu peristiwa tak terlupa adalah usulan Blue mengganti nama Xero dengan Hybrid Theory. Nama tersebut diberikan Blue sebagai caranya memuji eratnya hubungan Mike dan Chester sesudah laki Arizona ini bergabung pada Xero, Maret 1999.

Sebagaimana dilakukan Mark, Chester pun mulai unjuk penampilan bersama grup barunya dengan ikutserta berkarya. Karya perdana mereka adalah album mini berjudul Hybrid Theory (EP) dirilis pada 01 Mei 1999. Blue terkesan dengan penampilan yang ditunjukkan para punggawa Hybrid Theory di Whisky a Go Go, salah satu tempat hiburan malam berlokasi di West Hollywood, California. Nalurinya selama memegang peranan sebagai pemandu bakat di industri hiburan tersengat melihat hasrat dan bakat hebat. Dia pun getol ikutserta mempromosikan hingga kontrak dengan label rekaman didapat.

Gerbang menggelinjang didapatkan sesudah dilakukan pergantian nama untuk kali kedua. Chester, tukang teriak dengan nada tinggi dan energi melimpah ruah ini, menyarankan agar nama grupnya diganti menjadi Lincoln Park. Nama ini disarankan Chester sebagai cara mereka menghormati Saint Monica, salah seorang yang dikagumi Chester.

Usulan Chester diterima oleh semua punggawa. Hanya saja ketika Mike hendak membikin sebuah situs untuk grup mereka, dijumpai sebuah kendala. Mike yang benar-benar serius memasuki industri harus gigit jari ketika dia hendak membikin situs untuk grupnya ini. Nama Lincoln Park yang disepakati justru sudah diambil menjadi nama domain tersendiri, lincolnpark.com.

Tak mau lama-lama dan tak mau mengganti lagi nama yang sudah bagus ini, dia pun hanya melakukan penyesuaian ejaan. Jadilah nama Linkin Park sebagai nama ketiga sekaligus terakhir mereka. Nama ini sendiri belum menjadi domain manapun. Walau terkesan plesetan tak sopan, tetapi hal ini hanyalah keterpaksaan saja. Lagipula kalau ngoyo dan memang bisa dengan Lincoln Park, bukankah sudah ada Lincoln yang melegenda dari tanah air mereka?

Setelah label rekaman didapat, para punggawa pun semakin bersemangat untuk terus menggeliat. Delson yang lulus dari UCLA dengan semat summa cum laude bahkan rela melepas kesempatan melanjutkan sekolahnya ke jenjang berikutnya di bidang Hukum. Hal ini dia lakoni demi mengerahkan segala daya dan upaya supaya berhasil mewujudkan impian lama bersama sahabatnya, Mike Shinoda dan Rob Bourdon.

Hybrid Theory berhasil mulai membawa mereka segera menyapa khalayak. Mengakhiri masa-masa penuh frustasi lantaran seringnya mangkrak. Melalui Hybrid Theory pernyataan misi karir mereka di-jlentrehkan. Mereka berupaya memadukan segala hasrat setiap punggawa: menunjukkan bahwa mereka adalah grup yang diperkuat oleh para punggawa beda warna yang sanggup berpadu tanpa saling beradu.

B.Sn.Wg.231249.37.250916.22:06