Zlatan Ibrahimović


— watak keras tegap mengendap dalam benak
 
Zlatan Ibrahimović — watak keras tegap mengendap dalam benak Zlatan dan Sanela di atas Opel Kadett ayahnya.; Zlatan Ibrahimović; Helena Seger; Maximilian; Vincent; Zlatan; Ibrahimović; Helena; Seger; Evil; uper; Deluxe; Bitch; Evil-Super-Deluxe-Bitch; Evil-Super-Deluxe-Bitch Relationship; Love of Zlatan Ibrahimović & Helena Seger Life; Life, Live, Love; Parents; Family; Heart-Ties; The G.O.A.T; Great of All Time; Jurka Gravić; Jurka; Gravić; Šefik Ibrahimović; Šefik; Sanela Ibrahimović; Sanela; Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro; Cristiano; Ronaldo; dos; Santos; Aveiro; Football; Soccer; Sepak Bola; Sepakbola; sepak; bola; olah raga; olah; raga; Genius; Antique; Divine; Incredible; Beyond; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; USA; RM Adhila Alobatnic; Alobatnic and The Battle-Mate; Pelantan;
Zlatan dan Sanela di atas Opel Kadett ayahnya.
Zlatan Ibrahimović memiliki perilaku mudah meledak. Terlebih ketika laki kelahiran 03 Oktober 1980 ini menyaksikan perbuatan melawan nurani dan merendahkan muruah, jiwanya mudah memberontak. Wajar saja. Dia memang berkepribadian keras dan tumbuh berkembang di lingkungan yang keras. Dia hidup di Rosengård, wilayah di Malmö.

Rosengård saat Zlatan masih kecil menjadi pemukiman seperti Yatsrib pada satu zaman: perpaduan penduduk berdarah pribumi serta pendatang. Banyak pendatang bermukim di sana dari ragam macam tempat dengan berbagai latar belakang. Orang berdarah Somalia, Turki, Balkan, Polandia, dan negara lainnya.

Kemarahan yang dipicu oleh hal sepele adalah hal wajar dalam lingkungan sejenis demikian. Tidak semua basyar dan insan bisa turut serta menjadi naas. Tak seluruh manusia secara individu bisa larut dalam rasa sama dengan manusia lainnya menjadi komunitas yang padu. Wajar juga jika tak mudah tinggal di lingkungan semacam itu.

Lingkungan pemukiman tersebut diperkuat tata ruang tempat tinggal penduduk yang dihuni keluarga Zlatan. Dia tinggal di lantai empat sebuah rumah susun (kalau bagus biasanya disebut apartemen) di jalan Cronmans, Rosengård. Saling menyapa antar tetangga menjadi peristiwa langka pada tata ruang tempat tinggal seperti ini. Apalagi saat setiap penghuni memiliki kesibukan memeras segala daya dan upaya untuk bertahan dalam keseharian. Suasana ceria dalam nuansa rasa sama pun sulit dibangun bersama.

Hal tersebut membuat Zlatan sering sendiri dalam kesendirian. Tak ada orang tua dan dewasa yang memiliki waktu untuk terlibat obrolan dengannya alih-alih membantu mengerjakan tugas dari sekolah. Tak ada orang yang meluangkan waktunya untuk sekedar bertegur sapa dengan Zlatan. Tak ada waktu luang untuk berbagi keluh dan kesah saat masing-masing orang menjadikan rumah sebagai tempat pelepas peluh dan lelah. Sebagai rumah untuk kembali, tempat tinggal tersebut lebih tepat disebut house alih-alih home.

Zlatan tak bisa bersikap manja dengan merengek pada seseorang saat didera masalah. Dia harus senantiasa waspada dengan kekacauan yang mudah terjadi, mulai dari keributan, perkelahian, hingga sekedar pukulan. Dia tak sempat merasakan banyak perhatian bahkan saat dirinya memang sedang membutuhkan perhatian. Perhatian adalah hal sepele bagi orangtua dan orang tua yang bisa memberi dampak luar biasa pada anak. Melalui perhatian yang diberikan, anak merasa keberadaannya bermakna bagi manusia lainnya, setidaknya ada suntikan rasa seperti itu. Itulah mengapa orangtua ada gunanya, seperti itulah mengapa tetangga ada manfaatnya.

Satu saat Zlatan pernah jatuh dari atap di taman kanak-kanak hingga matanya lebam. Selayaknya anak-anak ketika badan merasa kesakitan, Zlatan menangis sembari lari ke rumah mengharapkan elusan halus di kepalanya, atau setidaknya dihibur dengan petuah bijak walau terasa sebagai klise. Malang baginya, justru tamparan yang harus didapatnya. Bukan sekedar sikap kasar, Zlatan juga merasakan sikap kejam melalui ungkapan yang dihunjamkan. Pengalaman berharga ini membuatnya kerap didera lara melalui trauma terhadap perjalanannya saat masih belia.

Sebagai pesepak bola industri, Zlatan dikenal memiliki semangat bekerja keras. Semangat bekerja keras diteladani dari kedua orangtua. Ibunya, Jurka Gravić, adalah buruh cuci dengan semangat berapi-api untuk berjuang mendapatkan uang. Terlebih setelah ibunya bercerai dengan bapaknya yang bekerja sebagai tukang, Šefik Ibrahimović, saat usia Zlatan belum genap dua tahun. Zlatan tak hendak mengenang setitik perih mendewasakan itu. Walau demikian, dia berusaha menghadapi setitik perih itu dengan senyuman sebagai ketetapan tatanan Pelantan.

Zlatan berusaha menghibur diri dengan mengambil hikmah bahwa perceraian orangtuanya adalah keputusan terbaik untuk semua: keluarga, rumah tangga, ibu, bapak, anak mereka berdua, serta tetangga juga barangkali. Tersiar kabar pada Zlatan bahwa pernikahan Jurka dan Šefik tidak berlangsung dengan baik. Pertengkaran dalam kebersamaan berbingkai pernikahan tak lagi bisa dihindarkan. Perpisahan pun menjadi keputusan yang perlu dihadapi dengan gemibira, setidaknya menganggap sebagai jalan terbaik.

Setelah perceraian itu terjadi kedua anak Jurka dan Šefik tinggal bersama ibunya. Hal ini wajar jika melihat tak ada tindakan cemar dilakukan oleh Jurka selain tak bisa menghindari pertengkan dengan Šefik. Kecenderungan anak ketika orangtuanya bercerai adalah ikut bersama ibu, kecuali jika memang ibunya bermasalah semisal melakukan perbuatan cemar merendahkan muruah. Wajar juga jika Zlatan dan Selena (saudara kandungnya) tetap merasakan rindu merindu pada bapak, meski mereka lebih rindu keharmonisan keduanya.

Semangat bekerja keras ibunya disaksikan Zlatan dengan kentara. Jurka menjalani keseharian dengan mencuci hingga empat belas jam setiap hari. Kadang Zlatan dan Selena dibawa ikutserta membantu meringankan beban pekerjaan. Biasa berpeluh lelah setiap hari membuat waktu sang ibu untuk membelai anak terkurangi. Hal ini memberi pondasi sikap pengertian pada dua buah hati.

Zlatan mengerti bahwa keseharian keras yang dilakoni memaksa mereka bersikap keras. Zlatan memahami bahwa sedikitnya waktu yang diberikan ibu untuk membelainya dan Selena adalah dampak dari keterpaksaan. Ibu terpaksa mengurangi waktunya demi mempertahankan Zlatan dan Selena untuk terus dapat bertahan menjalani keseharian selanjutnya.

Waktu yang sedikit tak mengikis rasa cinta antara Zlatan dan Jurka yang terus berpadu manis. Bahkan rasa cinta mereka tak terkikis walau perbincangan di rumah tampak sadis. Zlatan ditumbuhkembangkan dengan perbincangan seperti, “Hei tolol, ambilkan susu!” alih-alih sejenis, “Sayang, bisakah kau ambilkan susu buat ibu?”.

Zlatan juga sudah akrab dengan pukulan benda keras di badannya. Pukulan pada anak memang perbuatan keras, namun tak bisa disebut kejam. Keras dan kejam adalah dua hal tak berkelindan yang tak layak disamakan. Keras tak selalu kejam dan kejam tak melulu keras. Orang yang meludahi wajah orang lain tak bisa disebut keras namun hal ini sangatlah kejam. Hal ini dipahami Zlatan semenjak belia hingga rasa cinta pada ibunya tak pernah terkikis. Dia pun kemudian bisa mementaskan sikap keras yang tak kejam.

Sanela adalah orang yang sering terlibat dengan Zlatan dalam berbagi keluh kesah bersama. Sanela merupakan satu-satunya saudara Zlatan dari Jurka dan Šefik. Sanela seorang puan yang lebih tua dua tahun darinya. Kecenderungan puan yang lebih cepat mencapai kematangan ketimbang laki diperkuat keadaan lingkungan mewarnai keseharian membuat Sanela menjadi puan matang sejak dini.

Bagi Zlatan, Sanela adalah orang yang mengalami percepatan kematangan. Sanela sudah dewasa pada usia yang wajar jika belum bisa dewasa. Sebagai anak sulung, Sanela dengan sendirinya berperan sebagai orangtua ekstra untuk Zlatan. Dia lebih dari seorang kakak kandung. Sanela selalu berusaha berbagai waktu sebagai sahabat dengan adiknya, menjaga mereka layaknya seorang bapak, sembari menjalani keseharian di rumah seperihalnya ibu.

Sanela berbakat dalam olahraga lari. Segala hal yang mudah dilakukan seseorang namun dirasa sulit bagi orang lain adalah bakat. Sanela merasakan kemudahan saat berlari cepat mengungguli rekan seumuran. Kakak yang dicintai Zlatan ini memiliki catatan menawan sebagai pelari tercepat di Skane untuk anak seusianya. Sanela tekun berlatih dalam olahraga lari. Hanya saja setelah satu masalah mewujud lara didera Sanela, mendadak puan keras ini menjadi pendiam. Sanela berusaha diam dalam kelam yang dialaminya untuk bertahan menahan riak sesak agar tak tumpah dalam tangis kesedihan.

Perjumpaan nyaris rutin dengan bapak di akhir pekan menjadi katup pelepas rindu Zlatan dan Sanela pada Šefik. Satu kesenangan menggembirakan dilakukan dengan menghabiskan waktu bersama. Jalan-jalan sambil menikmati hamburger dan es krim di Pildammsparken atau ke Linmhamn, dua tempat Malmö, misalnya. Sebagai bentuk rasa sayang pada sang anak, Šefik kadang memberikan uang pada mereka untuk membeli pizza atau minuman berkarbonasi.

Pernah sekali Šefik membelanjakan banyak uangnya untuk membelikan sepasang Nike Air Max yang diberikan pada Zlatan dan Selena. Harga sepatu ini sekitar seribu Krona pada waktu itu. Selain terbilang mahal, sepatu ini juga menjadi dambaan banyak orang. Tentu sepatu warna hijau yang diberikan pada Zlatan dan warna merah jambu untuk Sanela menjadi barang mewah bagi mereka. Sepasang sepatu yang menjadi dambaan namun tak dimiliki anak-anak lain di Rosengård. Satu hadiah mewah yang memberi rasa gembira pada Zlatan dan Sanela. Rasa gembira untuk sekedar melupakan setitik lara yang didera mereka berdua.

Setitik lara kembali didera mereka berdua saat musim dingin 1990 tiba. Pergolakan di rumah ibunya terjadi tanpa pernah diduga. Beberapa peristiwa tak mengenakkan perasaan terjadi. Salah satunya adalah ibunya ditangkap petugas keamanan lingkungan karena menyimpan barang curian. Barang tersebut adalah sebuah kalung pemberian teman Jurka. Teman Jurka yang menyadari pembawa barang tersebut dicari polisi segera melemparkan kesalahan pada Jurka. Malang bagi Jurka. Polisi menemukan kalung itu sesudah dia terima. Alhasil, Jurka pun disergap dan terpaksa beberapa waktu meninggalkan anaknya dari rumah.

Sanela yang mulai memasuki usia remaja menangis karena hal ini. Dia berusaha untuk menenangkan diri sendiri. Zlatan pun demikian. Keduanya saling menghindar sejenak. Bukan karena terlibat pertikaian melainkan masing-masing hanya ingin menenangkan diri sendirian. Zlatan lalu menemukan kegembiraan sebagai pelarian rasa lara yang didera: sepak bola. Zlatan mulai gembira ketika bermain sepak bola. Belum terbesit dalam angannya bahwa sepak bola adalah jalan menjanjikan, bukan pelipur lara semata.

Saat itu jiwa Zlatan sedang mudah meledak-ledak dan bermain sepak bola adalah penyalur ledakan jiwa yang dipilihnya. Kegembiraan dirasakan lebih dari katup pelepas lara. Perlahan Zlatan merasa bahwa sepak bola adalah jalan yang bisa ditekuninya. Tampak lebih mahir saat bermain dengan teman-teman membuat Zlatan merasakan hal ini. Apalagi dia bisa bermain sepak bola semaunya. Mau sendirian, bersama teman-teman, mau di pekarangan rumah, di taman, di lapangan, atau di halaman sekolah saat istirahat.

Tak merentang waktu lama, November 1990, petugas layanan sosial lingkungan melakukan pemeriksaan terhadap keluarga Zlatan. Hasil pemeriksaan ini menyimpulkan bahwa lingkungan tempat tinggal ibu tak baik untuk Zlatan dan Sanela. Bukan karena sikap ibunya dianggap buruk, hanya saja saat itu sedang terjadi kekacauan di lingkungan tempat tinggal Jurka yang memaksanya kehilangan hak asuh untuk Zlatan dan Sanela. Kesimpulan pemeriksaan tersebut memang memutuskan bahwa hak asuh Zlatan dan Sanela dialihkan pada Šefik.

Tentu hal itu memberi rasa kecewa mendalam pada Jurka. Semacam rasa sedih kehilangan yang ditanggapinya dengan kucuran air mata. Zlatan pun demikian. Walau saat bersama ibunya Zlatan merasakan sikap keras didera, dia mencintai ibunya. Zlatan memahami rasa cinta dari ibunya, kesulitan yang dihadapi, dan lingkungan yang memaksa mereka tak selalu bisa bersama dalam suasana santai.

Šefik sendiri tak hendak memisahkan Zlatan dan Sanela dari Jurka. Sebagai bapak, dia hanya ingin berusaha menyelamatkan masa depan anaknya sembari memberi waktu pada ibunya anak-anak untuk memperbaiki keadaan agar keseharian yang dijalani lebih layak. Hal itu tampak pada cara Šefik menindaklanjuti keputusan petugas layanan sosial lingkungan itu. Šefik tak serta merta membawa Zlatan dan Sanela sekaligus.

Selama beberapa pekan, hanya Sanela yang tinggal bersamanya, sementara Zlatan menjalani keseharian bersama Jurka. Walau begitu, ini bukan jalan keluar yang bagus. Zlatan malah tambah merasa kesepian. Kalau sebelumnya dia hanya merindukan bapak, kini rasa rindu itu diserta rindu pada kakak. Rasa sama juga dari Sanela, yang terus merindukan Zlatan dan Jurka.

Maret 1991, keduanya bertukar pengalaman. Kini Sanela tinggal dengan ibu dan Zlatan dengan bapak. Hal ini bukan saja sebagai langkah yang diambil orangtua mereka, juga didukung dengan keputusan petugas layanan sosial lingkungan. Keputusan tersebut menyebutkan bahwa hak asuh Sanela dimiliki Jurka dan Šefik mendapatkan hak asuh untuk Zlatan.

Sanela dan Zlatan tetap tinggal terpisah dalam ruang meski tak pernah hilang dari rasa sayang. Namun mereka kini sekarang terpisah dalam rentang jarak yang lebih dekat. Šefik memutuskan pindah ke pemukiman yang tak jauh dari Jurka. Šefik, bagi Zlatan, adalah sosok berhati lapang yang bahkan siap mati demi anak-anaknya. Wajar jika Šefik rela pindah agar Sanela dan Zlatan tak pernah merasa berpisah, setidaknya tetap tinggal berdekatan.

Sanela sendiri kemudian bekerja sebagai penata rambut. Pengalaman keras saat masih anak-anak membuat Sanela tumbuh sebagai puan tangguh. Sanela kukuh emosi dan penuh empati. Pengalaman yang dilalui tak mudah memberinya hikmah agar terus dapat melawan badai sepanjang menggelinjang. Kakak yang hebat ini kerap disamakan dengan adiknya, baik fisiknya maupun sikapnya. Hanya saja Zlatan selalu keberatan lantaran merasa mbeling sementara kakaknya jauh dari sikap seperti ini.

Zlatan yang mulai menjalani keseharian dengan Šefik segera menyadari bahwa dia tak diperkenankan membawa teman bermain ke rumah. Zlatan menurutinya hingga saat ada teman mengajak bermain di rumahnya, Dia memilih menghindar dari teman-teman. Suasana yang sepi di rumah Šefik kosok bali dengan rumah Jurka. Saat bersama Jurka, Zlatan bebas membawa teman-teman bermain di rumahnya. Malah keramaian di dalam rumah Jurka bukanlah hal langka.

Hanya saja, Zlatan memahami dengan baik hal tersebut. Dia memahami kebiasaan mabuk Šefik bukan hal baik untuk dilihat anak seumuran Zlatan. Kebiasaan mabuk Šefik tetap tak mengurangi cinta Zlatan pada bapaknya. Baginya, Šefik adalah teladan yang hebat sebagai seorang bapak. Memang tak selalu ada bagi Zlatan, hanya saja saat Zlatan membutuhkan, Šefik akan melakukan segala hal. Zlatan malah hanya merasakan ‘sentuhan fisik’ dari Šefik sekali saja, kosok bali saat dia bersama Jurka yang kerap dipukul ketika berbuat tak selayaknya.

Bersama Šefik, Zlatan dididik agar memahami keadaan dan berempati pada liyan. Dari empati terhadap kebiasaan mabuk Šefik, Zlatan segera memahami satu hal: bapaknya mabuk hanya untuk lari dari rasa laranya. Zlatan merasakan satu hal kosong yang didera oleh Šefik. Sebuah lubang menganga yang tak lagi terisi oleh kasih sayang seorang puan. Satu lubang yang membuatnya selalu merasa kurang. Satu lubang yang membuat Zlatan sanggup melantan keharmonisan dalam ikatan azam dengan Helena Seger.


B.Sl.Kl.241249.37.260916.20:37