— a fantasy the simple life stars are blind
Fantasi yang seakan menjadi kebutuhan
masyarakat urban mulai menginvasi kehidupan Paris. Tahun 1999, New
York
Post mulai tertarik dengan pesona
kehidupan malam dari Paris dan Nicky. Salah satu artikel di tabloid tersebut mengulas
ringkas tentang Paris sebagai gadis pewaris Hilton paling menarik. Dalam artikel New
York Post yang terbit pada 15 Oktober 2000, Paris disebut sebagai model
paruh waktu dengan gaya berbusaha celana mengkilap. Sementara Nicky disebut
sebagai remaja 16 tahun yang terlihat seperti perempuan 30 tahun yang gemar
terlihat minum sampanye dan merokok di klub malam.
Terbitan tersebut mempromosikan keduanya
untuk menggelinjang sebagai penghibur. Paris dan Nicky kemudian berpose di majalah Vanity Fair. Keduanya dipotret oleh David LaChapelle pada September
2000. Nicky mengenakan gaun hitam-putih dan Paris mengenakan celana pendek dan
jaket perak tanpa bagian atas. Media massa kembali menginvasi Paris dengan
menulis tentangnya sebanyak sembilan kali sepanjang 1999 hingga 2000 dan
menerbitkan tujuh belas kisah tentang Paris pada tahun 2001. Dalam salah satu
artikel, Paris digambarkan sebagai perempuan nakal, bodoh, dan vulgar.
Artikel tersebut melukis Paris
sebagai sosok tanpa muruah dan membikin nama keluarganya menjadi rendah dengan
beragam tindakannya. Ungkapan pandir tak membikin Paris langsir. Dia malah
mulai memahami bahwa sisi feminin bisa dimanfaatkan sebagai bisnis. Peluang
tersebut benar-benar dimanfaatkan Paris. Perlahan malar dia menjadi pemeran
utama dalam tabloid lokal. Semua orang berbicara tentang dirinya hingga ingin
Paris dan Nicky datang ke pesta mereka. Promotor pesta bahkan mulai berani
membayar penampilan Paris dan Nicky. Nicky, yang selalu lugu hingga menjadi
ibu, bingung dengan hal ini. Dia tak percaya bahwa ada kerumunan orang yang mau
membayar mereka hanya dengan kehadiran mereka.
Sesudah lulus sekolah menangah, Paris
kembali ke California. Paris kembali ke California saat bertepatan dengan
masa-masa industri hiburan sedang memulai pembaruan. Banyak brand baru berhasil mentas pada masa
itu, seperti Linkin Park, Britney Spears, dan Avril Lavigne. Kesadaran akan
daya tarik yang dimiliki membikin Paris berhasrat ikut serta. Dia segera
berusaha menggunakan pesonanya untuk mengambil alih perhatian Hollywood dan
media nasional. Paris memahami dirinya sendiri juga keadaan lingkungan yang
ditempati.
Perjumpaan Paris dengan Nicole Vorias
adalah keberuntungan yang banyak mengubah keseharian serta menggubah kenangan
bagi keduanya. Vorias saat itu merupakan eksekutif pengembangan sebuah
perusahaan. Sementara Paris saat itu mulai banyak tampil di media massa bahkan
sempat membintangi beberapa film. FOX Broadcasting Company memberikan tawaran
pada Paris untuk membintangi versi reality
televisi dari sitcom (komedi situasi) Green
Acress pada tahun 2003. Paris menerima tawaran tersebut untuk membintangi
musim pertama.
Bunim/Murray Productions, perusahaan
produksi bagian dari The Real World menjadi produser pelaksana acara tersebut.
Dari sinilah kerja sama Paris bersama Vorias bermula. Keduanya bahu membahu
menggelinjangkan tayangan hiburan bertajuk The
Simple Life. Paris, manajemennya, maupun FOX tak terlampau berekspektasi
dengan keberhasilan The Simple Life.
Saat itu Survivor baru saja menjadi
seri megahit reality series di
beberapa jaringan televisi.
The Real World memang sudah menguasai
panggung MTV lebih dari satu dekade, walakin acara berbau reality belum
terlampau menarik di pasaran Amerika Serikat. Hanya saja, Paris tahu diri dia
bisa menggunakan tayangan ini sebagai batu loncatan mulai lepas dari
bayang-bayang keluarga. Paris bisa mengarahkan dirinya sendiri. Dia tak hanya
menerima arahan tim yang bekerja dengannya. Sejak memula gelinjangan sebagai
penghibur, Paris selalu melibatkan diri dalam kerja sama tim yang padu. Dia
ikut dalam perancangan, pelaksanaan, hingga pemasaran. Hal ini memberinya
pengalaman dalam mengelola brand.
Paris bisa mengarahkan dirinya
sendiri pada jalan yang dilalui untuk menjadikannya sebagai ‘sesuatu’. Dia
memanfaatkan anugerah ‘suara bayi’-nya untuk menjadi satu pementasan untuk umum
melalui tayangan The Simple Life.
Tayangan ini merupakan satu gambaran ideal melakoni keseharian yang sumringah
tanpa melacurkan muruah. Di awal kariernya, Paris mencitrakan dirinya sebagai
sosok hyper-feminin. Dia memahami
dengan bagus kecenderungan khalayak yang mulai lebih perhatian pada kesan yang
diperagakan ketimbang kepribadian.
Saat itu dia juga menyusun kalimat, “Paris talk and the ditziness”, yang
kemudian menjadi satu ungkapan terkenal. Paris memahami bahwa selain memiliki
makna, kata juga memiliki nuansa. Ungkapan “That’s
hot” misalnya, pada saat dan dengan cara tertentu, ungkapan seperti ini
memberi nuansa rasa tersendiri. Hanya saja banyak orang terlampau berpikiran
cemar dengan pementasan kesan hyper-feminin
seperti dilakukan Paris.
Meskipun The Simple Life dirancang sebagai tayangan reality untuk mengambil alih perhatian jaringan televisi dan
tabloid, program ini berbeda dari kebanyakan reality show. Misalnya dibanding rancangan Keeping Up yang dibintangi oleh Kim Kardashian, menggunakan alur
cerita eksploitasi tabloid bintang untuk menunjukkan mereka adalah sosok papan
atas, The Simple Life justru di-set-up untuk menunjukkan Paris
bertingkah konyol. Jika Keeping Up
adalah tayangan tentang pengaruh ketenaran terhadap keluarga, The Simple Life adalah tayangan tentang
pertentangan kelas sosial.
Paris gemar beganti penampilan. Mulai
dari gadis party yang sensual hingga mamah muda yang anggun. Ketika berada di
Ibiza, dia kerap berpenampilan laiknya Barbie. Tapi ketika berada dalam acara resmi,
dia tampil santun dengan gaun tertutup. Tergantung situasinya saja. Paris
memahami kepantasan penampilan, di ranah privat maupun di ranah publik. Hal ini
membuatnya tak melulu memeragakan fantasi tiruan suara bayi. Manipulasi suara
asli, selain diperagakan dalam insutri hiburan, hanya sesekali dipentaskan saat
bersama teman-teman.
Paris bukan orang pertama yang
memeragakan manipulasi suara asli mereka. Contoh paling bagus adalah Michael
Jackson, penghibur yang sangat dikagumi Paris sekaligus sahabat ibunya. Jackson
berhasil memanipulasi suaranya hingga terdengar khas ketika sedang mentas.
Sementara untuk kesehariannya, suaranya bisa menjadi amat berbeda. Bedanya
kalau Michael Jackson melakukannya kemudian menjadi The King semasa Bush Sr., Paris melakukannya kemudian menjadi The Queen sejak zaman Bush Jr.
Tiga belas juta penonton menyaksikan
tayangan The Simple Life pada
Desember 2003. Sebagai perbandingan, jumlah penonton terbanyak untuk episode Keeping Up hanyalah 4,8 juta saja. “It's nice to inspire people,” ungkap
Paris pada Yahoo Style ketika ditanya
tentang Kim Kardashian, bintang utama Keeping Up. Pada tahun 2004, Paris
menjadi orang paling diincar media massa. Namanya sejajar dengan sahabat
intimnya, Britney Spears. Hal ini membikinnya semangatnya berlipat untuk terus riang
menggelinjang menekuni industri.
Nama Paris Hilton mulai dipakainya
sebagai brand parfum yang
dikelolanya. Suaranya yang khas membuatnya yakin diri merambah ranah musik.
Berbekal suara khas serta nama yang sudah dikenal luas, Paris pun merilis
langgam tunggal berjudul Stars are Blind.
Langgam tunggal ini menginspirasi Lady Gaga yang saat itu masih menjadi pengisi
suara dalam album Britney Spears untuk tampil sebagai penyanyi solo. Beberapa
waktu kemudian, langgam tunggal tersebut disusuli dengan perilisan album penuh
berjudul PARIS.
Tahun 2006 adalah masa-masa ketika
Paris pantas menikah, namun dia tak buru-buru melakukan itu. Pada saat
perempuan seusianya sibuk mencari atau menanti pinangan suami atau hidup dari
kekayaan keluarga, Paris fokus pada pekerjaan dan mulai membangun kerajaan
bisnisnya sendiri. Dia tak menjejak Nicky dan Britney yang memulai kehidupan
berkeluarga dan berumah tangga pada masa-masa tersebut dengan terus berjuang
untuk bisa mendapatkan segala yang diinginkan sekaligus memberikan rasa bahagia
pada keluarganya.
Paris hanya ingin kelahirannya tak
menyulitkan liyan dan tak ingin
dirinya terus dibayangi kebesaran keluarganya. Dia hanya ingin mapan sebagai
dirinya sendiri, yang membahagiakan liyan terutama orangtuanya. “I like being able to get whatever I want,
when I want. I don't think I would feel as happy if I was just accepting things
from my family. You don't feel like you've worked for it, and it just doesn't
feel as good.” ungkapnya.
Paris berhasil dengan kecerdasannya
dalam memanipulasi suara. Suara bisa menjadi salah satu perantara untuk
memahami kepribadian seseorang. Suara Avril Lavigne dan Britney misalnya. Ketika
kita mendengarkan suara Avril Lavigne dalam Sk8er
Boi, kita seakan terbujuk untuk menyebut kalau Avril adalah seorang yang urakan. Sementara suara Britney Spears
dalam Toxic bisa merangsang kita untuk
menyebutnya perempuan penggoda. Suara bayi sendiri terkesan muda, polos, dan
halus. Hampir semua orang menyukai bayi bukan?
B.Sn.Wg.231249.37.260916.16:58