Ibra & Helena


melantan dalam ikatan azam bersama evil-super-deluxe-bitch
 
Ibra & Helena — melantan dalam ikatan azam bersama evil-super-deluxe-bitch; Zlatan Ibrahimović; Helena Seger; Maximilian; Vincent; Zlatan; Ibrahimović; Helena; Seger; Evil; uper; Deluxe; Bitch; Evil-Super-Deluxe-Bitch; Evil-Super-Deluxe-Bitch Relationship; Love of Zlatan Ibrahimović & Helena Seger Life; Life, Live, Love; Parents; Family; Heart-Ties; The G.O.A.T; Great of All Time; Jurka Gravić; Jurka; Gravić; Šefik Ibrahimović; Šefik; Sanela Ibrahimović; Sanela; Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro; Cristiano; Ronaldo; dos; Santos; Aveiro; Football; Soccer; Sepak Bola; Sepakbola; sepak; bola; olah raga; olah; raga; Genius; Antique; Divine; Incredible; Beyond; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; USA; RM Adhila Alobatnic; Alobatnic and The Battle-Mate; Pelantan;
Helenda Bersama Ibra.
Karier Zlatan Ibrahimović dalam sepak bola datar-datar saja. Tak terlampau istimewa melihat capaiannya. Dia selalu berhasil sejak di Malmö, Ajax, Juventus, Internazionale, Barcelona, Milan, PSG, dan kini di Manchester. Dia tak mengalami masa ketika karirnya harus tenggelam karam dalam kelam, seperti Andry Shevchenko ketika pindah ke Chelsea. Ibra memang kerap pindah lantaran tak pernah betah bertahan hingga lima musim di setiap klub yang dibelanya.

Kepindahan Ibra selalu membawa dua sisi yang berpadu, manunggaling musibah-berkah : terdapat ‘garansi’ bahwa Ibra tak akan memperoleh gelar juara kontinental namun ada ‘garansi’ gelar juara domestik dipersembahkan. Kesanggupan beradaptasi dengan klub barunya dalam waktu cepat mengagumkan. Dia sering pindah dan setiap kepindahan selalu butuh penyesuaian yang kadang lebih berat ketimbang penyesuaian antar musim di satu klub yang sama.

Selain rajin pindah, Ibra juga rajin membikin panas kuping liyan dengan pernyataan jujur yang kerap dianggap arogan. Arsene Wenger, menjadi pelatih pertama yang dibikin panas kupingnya dengan pernyataan blak-blakan Ibra. Mulanya Wenger ingin njajal kemampuan Ibra dan mengundangnya untuk diaudisi. Namun Ibra enggan menerima undangan. Dia bilang bahwa Ibra bukan untuk dicoba. Josep Guardiola menjadi pelatih berikutnya yang dipanasinya. Pelatih pujaa orang yang lahir hatinya ketinggalan dalam kandungan ini oleh Ibra dibilang kacangan. Memang kenyataannya demikian, Ibra tidaklah salah.

Hanya Jose Mourinho dan Fabio Capello pelatih yang sanggup meluluhkan hati Ibra dan mendapat sebutan pelatih terbaik-terbaik yang pernah menanganinya. Saat Mourinho datang sebagai pelatih baru Internazionale Milan, The Special One segera menjumpai Helena Seger, istri Ibra, dan berpesan agar melantan kenyamanan sukma suaminya. Hal sederhana ini menjadikan Ibra sangat terkesan dengan sosok yang oleh sebagian kalangan sama-sama dianggap arogan seperti dirinya. Sebuah cara menyentuh untuk membikin laki mbeling ini luluh.

Bekal pengetahuan yang didapatkan Mourinho dari perguruan tinggi dan kursus kepelatihan membuatnya berusaha untuk memadukan teori kepelatihan dengan teori motivasi dan psikologi. Menghubungi istri Ibra adalah satu perwujudan usaha dari Mourinho ini, yang memang memberi dampak besar. Ibra dan Mourinho merupakan sama-sama orang yang kariernya banyak didukung oleh peran istri. Tak sekedar peran psikis bahkan kadang juga peran teknis.

Helena Seger, istri Ibra, adalah salah satu orang yang melihat kentara perubahan drastis Ibra saat sang suami berseragam Barcelona. Sang istri merasakan lara mendera sukma Ibra. Rasa tak nyaman yang mengubah Ibra yang mulanya blak-blakan menjadi sosok yang pendiam dan cenderung mengungkapkan yang diinginkan orang lain untuk mereka dengarkan. Menyadari hal ini, sang istri datang menjadi kirana dalam temaram. Pengalaman sebelumnya saat Mourinho rela menjumpainya adalah penguat bahwa kehadiran Helena penting bagi Ibra. Dengan ragam macam cara, Ibra dihibur olehnya saat semangat mulai mengendur seperti menghabiskan waktu dengan bercengkerama bersama keluarga.

Kebersamaan Zlatan dan Helena dalam bingkai keluarga dan rumah tangga yang mereka bina tampak mesra. Jauh dari angan jika menengok kembali perjumpaan perdana mereka. Perjumpaan perdana mereka bukanlah pertemuan dua hati dalam suasana romantis walakin satu pertemuan panas yang sempat menimbulkan pertikaian. Zlatan saat itu berusia 21 tahun sementara Helena berumur 32 tahun.

Laki yang baru setahun melewati usia kepala dua ini dengan sikap arogan melintangkan mobilnya menghalangi laju mobil Helena. Melalui Ferrari yang dikemudi, Zlatan memberikan tatapan mata dengan rasa amarah pada Helena yang mengendarai Mercedes. Helena yang sedang bad mood segera terpantik emosinya hingga sempat terjadi pertikaian antar keduanya. Pertikaian yang memberi benih-benih kasih sayang sepanjang zaman bagi keduanya.

Memula perjumpaan dengan pertikaian, belakangan Zlatan justru kesengsem dengan Helena. Zlatan terus berusaha menaklukan puan yang dianggapnya tinggi hati ini. Arogan kejar-kejaran dengan arogan untuk membangun kerajaan arogan, sejenis demikian barangkali. Barangkali juga karena memula dengan pertikaian, perjuangan Zlatan tak selurus tendangan cannon ball-nya.

Helena saat itu memang sedang sibuk mencari pekerjaan tambahan. Hasrat menjadi seorang wiraswasta menggeliat kuat dalam benaknya. Hingga waktu luang saat dia libur dari pekerjaan sebagai manajer di akhir pekan dipakainya untuk bekerja di restoran alih-alih istirahat penuh seharian. Sebagai laki, Zlatan juga sebenarnya bukan pangeran idaman Helena. Terlebih lagi Helena tak memiliki pikiran untuk menjadi kekasih pesepak bola, apalagi yang 11 tahun lebih muda darinya.

Lebih dari itu, Helena tampak sudah tak berhasrat hidup berpasangan menyemai keluarga dan rumah tangga. Dia tumbuh sebagai puan mandiri yang tangguh dan lebih senang merinstis karier sebagai seorang businesswoman. Banyak perusahaaan di banyak kota sudah diberi sentuhannya: mulai dari Oslo, Copenhagen, Amsterdam, Malmö, Stockholm, Göteborg, dan Torino. Seakan wajar jika Helena merasa tak membutuhkan kehadiran Zlatan sebagai suaminya.

Tahu bahwa Helena tak butuh pendamping asmara, Zlatan justru tertantang menaklukannya. Zlatan mengalami masa kecil dalam lingkungan keras dan ganas. Dia mesti rela keinginannya bersama ibu dan bapak bisa terwujud dalam ruang dan waktu berbeda. Hal ini banyak memengaruhi Zlatan bahwa lubang kasih sayang antar pasangan harus terisi tanpa boleh dibiarkan hilang. Hal ini pula yang membuatnya memiliki gairah tak biasa dalam mengejar Helena.

Zlatan menyanjung Helena dengan semat evil-super-deluxe-bitch. Semat tak mengenakkan yang sebenarnya pujian untuk Helena sebagai sosok mandiri, percaya diri, dan tega berkata tidak meski tahu diri digilai seorang laki. Zlatan, sang arogan, pun akhirnya diterima oleh Helena atas dasar belas kasih ... kasih sayang. Keduanya mulai mengenang pertikaian dalam perjumpaan perdana dengan gembira saat mulai menjalani masa-masa berdua bersama. Hingga buah hati menyerta mereka: Maximilian (lahir 22 September 2006) dan Vincent (lahir 06 Maret 2008).

Kasih sayang Zlatan dan Helena mengubah mereka berdua. Zlatan mulai lebih tenang dan nyaman dalam meniti karier sementara Helena menyesuaikan suami dengan mengurangi proyek bisnisnya. Wajar saja, karier Zlatan yang nomaden memaksa Helena ikut pindah jika tak ingin jauh berpisah. Kasih sayang yang terus berpadu membuat keduanya melakoni persemaian keluarga dan rumah tangga yang datar-datar saja.

Zlatan bisa menjadi kepala keluarga yang patut dianut, suami yang bagus untuk Helena, serta bapak yang keren untuk Maximilian dan Vincent. Demikian halnya dengan Helena, yang bisa memerankan diri sebagai kepala rumah tangga sekaligus istri yang bagus dan ibu yang menakjubkan. Segala risakan yang datang meriak sanggup dihadapi bersama hingga kebersamaan mereka tak terhentak.


B.Sl.Kl.241249.37.260916.20:38