— terkenang sepanjang menggelinjang
Phillip
Island Grand Prix Circuit (Victoria, Commonwealth of Australia) tak asing bagi The
Doctor Valentino Rossi, dalam arti dia pernah memiliki sejarah sendiri di
sana. Vale menorehkan kemenangan pada dua ajang yang belakangan menjadi titik
baliknya sebagai pebalap papan atas dunia. 17 Oktober 2004, pebalap yang
menggunakan nomor 46 ini berhasil menahbiskan gelar juara dunia pertama bersama
tim Gauloises Fortuna Yamaha. Gelar perdana dalam kisah cintanya bersama Yamaha
YZR-M1 di sirkuit yang mulai dipakai sejak 31 Maret 1928 tersebut. Sepanjang
balapan bertajuk 2004 Australian
motorcycle Grand Prix, Rossi ber-battle keras dengan Manuel Gibernau
Bultó yang kala itu menunggangi Honda RC211V bersama tim Telefónica
MoviStar-Honda.
Tiga
tahun sebelumnya, 14 Oktober 2001, Vale melakukan hal yang serupa. Hanya saja
kala itu dia masih menunggangi Honda NSR500 bersama tim Nastro Azzurro Honda.
NSR500 adalah motor kesayangan Vale, yang lantaran dia tak diijinkan
menungganginya lagi sesudah era MotoGP, dia memendam kesal tak berujung dengan
Honda. Lawan yang dihadapi pun berbeda, ialah Massimiliano Biaggi. Max
menunggangi Yamaha YZR500 bersama tim Marlboro Yamaha. Keduanya bersaing ketat
hingga putaran terakhir di sirkuit terakhir ini. Perjuangan paling menentukan,
kesempatan terakhir, untuk meraih gelar juara dunia. Gelar perdana yang
sekaligus menobatkan penggandrung warna kuning ini menjadi juara baru di kelas
500 cc.
Pertarungan
dengan Max berlangsung keras, hingga putaran terakhir. Di putaran terakhir,
Vale membanting setir ke kiri sekaligus melesat miring masuk gigi tiga penuh
dengan kecepatan 170 km/jam. Dari sudut pandangnya di atas Honda, dia mungkin
hanya bisa melihat bagian atas knalpot motor Yamaha yang ditunggangi Max.
Hingga masuk tikungan di atas bukit, Max masih di depan Vale, walakin Vale
terus menempel Max guna memberikan tekanan psikis pada teladan yang kemudian
menjadi seteru paling romantisnya itu.
Tikungan
yang memanjang pada permukaan bukit hijau tak terlampau curam tersebut tampak
seperti huruf ‘S’: ke kiri, ke kanan, berakhir tepat di puncaknya, kemudian
menuruninya. Ketika pebalap tiba di bagian sudutnya, sulit untuk melihat
apa-apa, hanya sekedar bisa dibayangkan. Pebalap bakal merasakan kebimbangan
kapan harus mengerem. Yang bisa dilakukan hanyalah menyadari kalau di sudut
itulah pebalap harus bisa mengambil posisi yang tepat, yang akan terlambat
kalau keputusan tak diambil cepat.
Vale,
dalam menghadapi Max kala itu, memilih mengambil posisi di sebelah luar.
Sehingga dia bisa berada di sebelah kanan Max saat menuruni lintasan pendek,
dan berada di sebelah dalam pada tikungan berikutnya. Tikungan tersebut bisa
diatasi dengan cara ampuh yakni segera beralih dari gigi empat ke gigi satu.
Jika mampu keluar lebih dulu dari tikungan ini, kesempatan besar untuk menang
telah dimiliki.
Siku
Vale tampak menggores motor Max saking terus-menerus menempelnya. Begitu Max
melakukan pengereman, Vale segera melakukan manuver tancap gas. Max yang sempat
memimpin balapan terlambat mengantisipasi Vale yang berada di sampingnya. Max
tampak baru menyadari bahwa Vale berada di sampingnya, dan bersiap melakukan
manuver kudeta. Setelah itu, Vale berhasil mendahuluinya dan memimpin hingga
garis akhir.
Itulah
kisah awal kemenangan The Doctor di Philip Island. Kemenangan pertama
yang menahbiskannya sebagai juara dunia baru kelas 500 cc ajang MotoGP.
Kemenangan di tanah air Jeremy Burgess, yang menjadi bapaknya selama di MotoGP.
Kemenangan di tanah Michael Doohan yang nyaris menjadi rekan satu timnya andai
tak keburu undur diri.
Kisah
serupa berulang tiga tahun kemudian. Dalam pertarungan 2004, Sete tampak masih
mengingat manuver Vale tiga musim sebelumnya. Sete mungkin berharap Vale
melakukan hal serupa seperti yang dilakuannya terhadap Max. Namun sayang, Vale
justru sempat melakukan kesalahan fatal yang membuat Sete berhasil mengangkangi
posisinya di depan.
Vale
kemudian memutuskan untuk mengambil posisi di sebelah dalam saat menuju
tikungan yang agak menanjak. Sehingga dia bisa mendahului Sete persis saat
mereka meluncur ke bawah, tentu jika hitungannya tepat. Vale jelas ingin
lekas-lekas mendahului Sete sebelum melewati lintasan menurun panjang. Motor
Yamaha seringkali kalah ketika duel pada lintasan lurus menghadapi motor Honda.
Manuver Vale yang demikian ini berhasil. dia berhasil melakukannya ketika
keduanya memasuki tikungan panjang dan sudut tanjakan berubah.
Sayang
kegembiraan Vale tak berlangsung lama. dia tak menduga ketika Sete menahan
remnya kemudian segera menempel rapat di sampingnya hingga keduanya berpacu
naik ke arah bukit bersamaan. Keduanya tampak mengalami sedikit benturan. Honda
yang dikendarai Sete tampak membentur ujung roda depan Yamaha yang dikendarai
Vale. Namun Sete justru mulai bergerak terlampau melebar dan ditinggalkan Vale
yang segera menekan gas untuk melesat jauh mendahuluinya.
Pada
trek seperti itu, motor bisa melaju sangat cepat dalam posisi miring. Pebalap
kesulitan menyentuh serta menegakkan badan. Kesalahan sekecil apapun bisa
membuat riwayat setiap pebalap tamat, terutama saat berada dalam posisi sangat
cepat. Sete melaju terlampau kencang ketika memasuki tikungan. Sedangkan Vale
melaju dengan kecepatan pas. Vale berhasil mendahului pebalap yang juga
memiliki hubungan mesra dengannya tersebut hingga menyelesaikan putaran
terakhir. Pebalap Yamaha ini menikung ke kanan sama persis seperti pernah
dilakukan tiga musim sebelumnya.
Itulah
kemenangan Vale pada ajang balapan di Philip Island pada musim 2004. Kemenangan
yang menobatkannya menjadi juara dunia untuk kali pertama bersama Yamaha. Tim
yang saat itu sedang kacau-balau dan tak dipercaya bisa membawa setiap pebalap
menjadi juara. Penobatan yang melegakannya sesudah memutuskan undur diri dari
Honda saat titik pisah tak terelakkan lagi.
Dua
kemenangan serupa di tempat yang sama pada waktu yang berbeda. Sebuah kisah
manis yang ditatakan Pelantan semesta tentunya. Tak ada yang kebetulan,
termasuk kisah Vale ini. Pada musim 2001 sendiri, dia dan Biaggi bertarung
bukan hanya untuk mengejar gelar juara kelas 500 cc, namun juga gelar terakhir
untuk kelas tersebut. Kelas 500 cc sendiri digantikan kelas MotoGP pada musim
berikutnya.
Kenangan
di Phillip Island semakin manis menelisik setahun sebelumnya. Saat dia beradu
dengan dua pebalap Italia, meski dengan hasil sekedar ikut serta di podium.
Vale tampak lebih menikmati pertarungan antara Max dan Loris Capirossi (motor
Honda NSR500, tim West Honda Pons) ketimbang terlibat pertarungan. Barangkali
keengganan Vale untuk terlibat dalam battle Max dan Capirex di lintasan
yang sama pada 29 Oktober 2000 adalah ‘hanya demi meneliti’ bagaimana cara
menaklukan lawan di lintasan yang indah itu.