Maria Sharapova

— bidadari di kesunyian persembahan dari surga
 
Maria Yuryevna Sharapova — bidadari di kesunyian persembahan dari surga; Maria Yuryevna Sharapova; Мари́я Ю́рьевна Шара́пова; Maria Sharapova; Мари́я Шара́пова; Maria; Yuryevna; Sharapova; Мари́я; Ю́рьевна; Шара́пова; Russian; Russia; Antique; Divine; Incredible; Beyond; Basyar; Insan; Naas; Aries; Equinox; Azaleeaa; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; RM Adhila; Alobatnic; Alobatnic and The Battle-Mate; Pelantan; The G.O.A.T; Great of All Time; Not the Next Anyone; The Dearest One; The Azillion; Queen; Maria Sharapova — bidadari di kesunyian persembahan dari surga; bidadari di kesunyian; persembahan dari surga;
Maria Yuryevna Sharapova — bidadari di kesunyian persembahan dari surga
Kabar mengejutkan dua pekan jelang Vernal Equinox terkenang sebagai setitik lara dalam sukma. 07 Maret 2016, Maria dinyatakan gagal dalam tes obat di Australia Open 2016 karena ditemukan zat meldonium di dalam sampel dari hasil pemeriksaannya pada 26 Januari 2016. Hal ini membuatnya diskors sementara dari keikutsertaan di turnamen tenis oleh ITF (organisasi tenis internasional).

Kabar yang menyesakkan dan mengecewakan memang. Terlebih lagi, dalam ajang tersebut Maria gagal tampil sebagai pemenang. Serena Williams, seperti biasa, menjadi perintang. Perjumpaan sedari dini dua bintang tersebut memaksa Maria harus legowo perjuangannya tumbang. Belum sembuh lara yang didera dari Australia, ITF memaksa Maria berhenti menggelinjang.

Terlepas dari kontroversi meldonium, rekam jejak kisah cinta Maria dengan raketnya tak dimungkiri sangat menakjubkan. Saat dirinya undur diri, entah sejenak atau selamanya, penggemar tak henti menyampaikan simpati, empati, bahkan kerinduan padanya. Rindu akan gelinjangannya saat kembali memegang raket, merengkuh juara untuk kesekian kalinya, menebarkan senyum manisnya.

Tidak banyak kemenangan berhasil ditorehkan Maria Sharapova ketika menghadapi Serena Williams. Namun dari yang tidak banyak itu, satu kemenangan saat keduanya berjumpa di final Wimbledon 2004 menjadi pertandingan ikonik, untuk Maria, Serena, tenis, juga olahraga.

Kemenangan yang segera melejitkan namanya, memberi rasa gembira pada kedua orangtua yang telah lama berpeluh membantu buah hati mewujudkan impian terdalam. Kemenangan yang membangkitkan semangat Serena untuk waspada pada yesterday afternoon sister, Maria Sharapova.

Dedikasi dan komitmen kedua orangtua Maria Sharapova, Yuri Viktorovich Sharapov dan Yelena Sharapova, untuk membantu buah hati semata wayang kulitnya luar biasa. Yelena mengandung Maria ketika tinggal di Gomel, Belarus, di tengah bayangan bencana nuklir Chernobyl 1986.

Sebagai usaha agar buah hati mbrojol dengan selamat, sehat, dan lengkap, Yelenda bersama suaminya memutuskan untuk pindah dari kawasan ini. Mereka tak mau jabang bayi Maria terkena kanker dan radiasi dampak nuklir. Satu-satunya pilihan yang tersedia bagi mereka adalah untuk pindah ke bekas ladang minyak di Siberia Barat.

Di sana, tepatnya di kota industri yang suram bernama Nyagan, Maria memulai perjalanannya. Tepat pada 19 April 1987, buah hati pertama dan satu-satunya Yuri-Yelena lahir dengan diberi nama Maria Yuryevna Sharapova [Мари́я Ю́рьевна Шара́пова]. Sebagai kota industri, tak banyak permukiman ada di kota ini. Yuri dan Yelena memutuskan tinggal di sini pun lantaran desakan keterbatasan ekonomi.

Keadaan perekonomian keluarga dan rumah tangga Yuri-Yelena memang jauh dari mewah. Yuri harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan harian sementara Yelena mengasuh Maria di rumah. Tempat kerja Yuri di ladang minyak, Tyumen, memang tak jauh dari rumah. Hanya saja termasuk lahan bekerja yang menyeramkan. Suhu udara bisa anjlok hingga minus 40 derajat Celcius disertai kepungan asap beracun. Namun Yuri rela bekerja dengan risiko tinggi lantaran bisa mendapat bayaran tinggi.

Ditumbuhkembangkan keadaan seperti itu sejak lahir membentuk kepribadian Maria sebagai queen: memiliki sisi lemah lembut serta kuat sekaligus. Sang bunda, Yelena, mendidiknya agar bisa menjadi wanita seutuhnya. Sementara sang ayah, Yuri, melatih kekuatan fisik Maria. Sebagai puan, Maria mudah menangis dalam pelukan orangtua terutama ayah serta sanggup membengkokkan paku baja.

Sesudah empat tahun tinggal di lingkungan brutal, Yuri berhasil mengumpulkan uang secukupnya untuk pindah tempat tinggal lagi ke lingkungan yang lebih layak. Dia memboyong keluarganya ke pemukiman sebelah selatan dekat Laut Hitam, Sochi, Krasnodar Krai, Rusia. Di tempat baru ini keluarga Yuri bisa menjalani keseharian dengan enak. Setidaknya pekerjaan dan keseharian lainnya tak terlampau berbahaya.

Di tempat baru ini pula Maria mulai menemukan panggilan nurani. Kebiasaan Maria nginthili ayahnya setiap hari membuahkan satu kegemeran yang lantas ditekuni. Yuri dengan senang mengajak Maria bersama dalam keseharian saat tak bekerja. Sesekali, Yuri gemar bermain tenis sebagai ajang menjaga kebugaran. Yuri hanyalah recreational tennis player alih-alih professional tennis player, walakin kegemaran inilah yang berhasil diwariskan pada Maria.
Yelena, Maria, dan Yuri; Young; Maria Yuryevna Sharapova; Мари́я Ю́рьевна Шара́пова; Maria Sharapova; Мари́я Шара́пова; Maria; Yuryevna; Sharapova; Мари́я; Ю́рьевна; Шара́пова; Russian; Russia; Antique; Divine; Incredible; Beyond; Basyar; Insan; Naas; Aries; Equinox; Azaleeaa; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; RM Adhila; Alobatnic; Alobatnic and The Battle-Mate; Pelantan; The G.O.A.T; Great of All Time; Not the Next Anyone; The Dearest One; The Azillion; Queen; Maria Sharapova — bidadari di kesunyian persembahan dari surga; bidadari di kesunyian; persembahan dari surga;
Yelena, Maria, dan Yuri

Satu waktu, Maria nginthili ayahnya yang sedang bermain bersama Yuri Yudkin, seorang pelatih tenis veteran. Maria hanya menunggu di pinggir lapangan kala dua laki dewasa itu sibuk dengan kegiatannya sendiri. Merasa bosan menunggu sendirian tanpa diperhatikan, Maria mengambil raket tenis dan bola untuk dimainkan di pinggir lapangan. Hal ini mengundang perhatian dua laki dewasa ini.

“I hit my first tennis ball on this court when I was 4 years old, so it definitely holds a special place in my heart,” ungkapnya beberapa hari jelang Olimpiade musim dingin di Sochi, tempat bersejarah baginya, tempat perjuangan mewujudkan impian bermula.

Lebih dari sekedar perhatian, permainan gadis manis berumur empat setengah tahun mengesankan mereka. Bakat hebat dan minat kuat segera kentara oleh Yuri Yudkin yang telah lama berpengalaman dalam menangani pemain. Yudkin terpukau dengan cara Maria dalam mengolah informasi yang diperoleh dari pandangannya untuk menyelaraskan gerakan tangan dan matanya. Dari sini Yudkin berinisiatif agar kegemaran tenis Maria bukan cuma semata untuk main-main.

Keinginan Yudkin berbalas dengan tanggapan bagus dari Maria. Sementara Yudkin siap melatih, Maria siap dilatih olehnya. Berlatih bersama untuk sanggup berunjuk rasa melalui tenis sedari dini. Saat kemauan kuat sudah dimiliki, segala tantangan, sumbatan, maupun rintangan bukan hambatan berarti. Ketiadaan alat tenis yang layak untuk dipakai Maria berhasil diakali. Maria mulai menekuni tenis dengan bermain menggunakan raket tenis untuk ukuran orang tua dengan pegangan raket tersebut digergaji.

“I was amazed that aged four-and-a-half Maria was already intellectually mature. She absorbed everything I told or showed her, and was an exceptionally quick learner. She was a very smart girl, I never had to repeat instructions twice to her and she could do a spin serve age seven. In the three years I worked with her she never once told me she was tired.” sebut Yuri Yudkin terkait Maria.

Tak malam waktu merentang, keberuntungan lain menghampiri Maria. Aleksandr Kafelnikov yang telah menjadin persahabatan cinta yang tulus dengan Yuri Sharapova, meng-hibah-kan raket bekas anaknya untuk Maria. Bagi Maria, raket bekas yang diterimanya pada 1991 merupakan barang istimewa.

Anak Aleksandr Kafelnikov yang bernama Yevgeny Aleksandrovich Kafelnikov merupakan petenis yang berhasil menorehkan sejarah untuk Rusia. Yevgeny merupakan pemenang dua gelar Grand Slam serta menjadi petenis pertama asal Russia yang menempati peringkat pertama dunia. Kemauan dan ketekunan yang terfasilitasi membuat semangat Maria semakin menggelora.

Ketekunan yang ditunjukkan Maria meyakinkan Yuri Yudkin bahwa puan cantik penggemar Madonna bakal menjadi juara dunia. Sebagai pendorong, Yuri Yudkin dan Yuri Sharapov sepakat mengajak Maria jalan-jalan ke Moskow, ibu kota Rusia. Keduanya mengajak Maria untuk menghadiri tennis clinic yang melibatkan Martina Navrátilová di sana.

Martina memberi pembinaan serius untuk mereka yang hadir. Terlebih sebagai petenis top dunia, dia melihat Maria menampakkan bakat kentara. Keberanian Maria meladeni permainan dengan puan yang lebih tua memberi kesan tersendiri. Petenis yang berkarier sejak 1975 ini menyarankan pada Maria agar mengikuti pelatihan profesional di Nick Bollettieri Tennis Academy, Florida, Amerika Serikat.

Martina berkata bahwa di sana Maria bisa menerima pelatihan dan bimbingan yang bagus sebagai jalan menjadi juara dunia. Nick Bollettieri Tennis Acedemy yang saat itu sudah mulai dikelola oleh IMG Acedemy merupakan sekolahnya petenis terkenal dunia seperti Andre Kirk Agassi, Monica Seles, dan Anna Sergeyevna Kournikova. Saran Martina ditanggapi serius oleh dua Yuri dan Maria.

Saat itu Yuri Sharapov memang tak memiliki ongkos cukup, tetapi dia terus mengusahakan agar bisa membuka jalan Maria menjadi juara dunia. Hingga setahun berlalu sesudah pertemuan itu, Yuri belum sanggup mengumpulkan ongkos cukup, dia rela meminjam US$ 1000 pada orangtuanya (kakek dan nenek Maria). Pinjaman tersebut hanya dipakai untuk melakukan lawatan ke negeri Paman Sam serta mengongkosi kebutuhan saat tiba di sana.

Maria kemudian pergi ke Amerika Serikat pada tahun 1994. Dia hanya bersama ayahnya yang lucunya tak ada satupun dari kedunya bisa berbahasa Inggris. Setibanya di Florida, Yuri segera membawa Maria ke akademi yang disarankan Martina. Sayang lantaran usia Maria saat itu baru tujuh tahun, dia belum diperkenankan masuk di akademi.  Pengelola akademi menyatakan bahwa Maria baru bisa masuk setahun lagi.

Dengan ongkos pas-pasan (tersisa US$ 700), Yuri tak mau lawatan ke Amerika Serikat sia-sia. Rick Macci Tennis Acedemy menjadi sekolah pilihan Yuri untuk menampung Maria sementara. Di sana Maria mendapat bimbingan dan pelatihan langsung oleh Rick Macci. Guna mencukupi kebutuhan harian, Yuri melakukan banyak pekerjaan, mulai pencuci piring hingga pekerja konstruksi.

Walau keduanya sama-sama berada di Amerika Serikat, Maria jarang menjumpai ayahnya. Kesibukan dengan pekerjaan serta kegiatan Maria di akademi memaksa keduanya hanya sesekali berjumpa setiap akhir pekan. Yuri menyebut masa-masa ini sebagai ‘a time of survival’ yang bagi Maria sangat berguna sebagai pelatihan alami dalam bertahan melakoni keseharian.

When I arrived in America I was young, but I already knew what I wanted. I think that when you start from nothing, when you come from nothing, it makes you hungry.” ungkap Maria saat menggambarkan masa-masa ini, “My mother and father taught me not to cry. Coming from an area devastated by a nuclear disaster, I was brought up with the word perspective drummed into me. If I ever complained to my father he would just tell me to get some perspective!”  pungkasnya.

Dua tahun melalui masa-masa sulit, Maria akhirnya bisa masuk di Nick Bollettieri Tennis Academy. Rasa kecewa ditolak masuk setahun sebelumnya terbayar lunas dengan fullscholarship yang diberikan akademi. Kemampuan yang ditunjukkan Maria saat didaftarkan membuatnya bisa mendapatkan anugerah ini.

Yuri akhirnya kembali ke Sochi, menjalani keseharian bersama belahan jiwa sesudah terpisah cukup lama. Menyirnakan rindu pada belahan jiwa meski menumbuhkan rindu baru pada buah hatinya. Rindu yang ditahan demi kirana terang yang didamba bersama.
 
Ketika Angan Mewujud Menjadi Kenangan, Wimbledon 2004.; Maria Yuryevna Sharapova; Мари́я Ю́рьевна Шара́пова; Maria Sharapova; Мари́я Шара́пова; Maria; Yuryevna; Sharapova; Мари́я; Ю́рьевна; Шара́пова; Russian; Russia; Antique; Divine; Incredible; Beyond; Basyar; Insan; Naas; Aries; Equinox; Azaleeaa; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; RM Adhila; Alobatnic; Alobatnic and The Battle-Mate; Pelantan; The G.O.A.T; Great of All Time; Not the Next Anyone; The Dearest One; The Azillion; Queen; Maria Sharapova — bidadari di kesunyian persembahan dari surga; bidadari di kesunyian; persembahan dari surga;
Ketika Angan Mewujud Menjadi Kenangan, Wimbledon 2004.
Tinggal jauh dari orangtua saat masih belia di tanah rantau, Maria menghadapi kesulitan dalam menjalani keseharian. Dia memang mendapatkan beasiswa, hanya saja lingkungan pertemanan tak membuatnya merasa nyaman. Maria ditempatkan di asrama bersama anak-anak yang lebih tua darinya. Hal ini membuatnya kerap mendapat perilaku kejam dan kasar dari mereka.

Ungkapan risakan kerap diberikan bahkan sesekali ditantang berkelahi. Terlebih Maria belum bisa bercakap lancar menggunakan bahasa setempat. Perjuangan untuk membaur dengan lingkungan meninggalkan satu kesan tersendiri dari sini. Maria memang sulit mendapat seorang sahabat.

“I never had the experience of being around other kids every day, I was never in a normal school, but it’s hard to miss something when you’ve never really had it.” tukas Maria akan hal ini.

Ketidaknyamanan lingkungan membuat semangat Maria melipat. Saat berlatih tanding melawan anak-anak satu akademi yang lebih tua, dia tak banyak mengalami masalah. Ketidaknyaman yang dirasakan tak menggerus kemampuan yang justru semakin bagus. Maria biasa mengalahkan lawan berusia empat belas tahun saat dirinya masih berumur sepuluh tahun.

“I’ve been playing against older and stronger competition my whole life. It has made me a better tennis player, and I’m able to play and win against this kind of level despite their strength and experience.” kenangnya.

Kesulitan lain masih dihadapi Maria saat itu. Perhatian yang kurang dari Yuri dan kepolosan Maria membuat sang ayah harus bermasalah dengan pengelola akademi. Gara-garanya setiap akhir pekan Maria rajin main ke akademi milik Rick Macci, tempat berlatihnya dulu. Maria merasa senang dengan lingkungan di akademi yang pernah ditinggalinya ini.

Kebiasaan tersebut menimbulkan benturan kepentingan bagi kedua belah pihak akademi. Pasalnya Bollettieri, akademi Maria, dikelola secara resmi oleh IMG sedangkan akademinya Rick Macci dikelola tak resmi oleh pemiliknya sendiri. Meski begitu, Maria masih mendapat kesempatan belajar di Bollettieri.

Rick Macci yang peduli dengan karier para pemula, segera menghubungi ayah Maria untuk menyarankan agar buah hatinya dilatih lebih serius oleh Robert Lansdorp, pelatih kawakan yang tinggal di Los Angeles. Yuri tak asing dengan nama pelatih ini. Sekitar waktu itu, dia pernah menyaksikan di televisi saat Tracy Austin dan Pete Sampras mengomentari groundshots luar biasa dari Lindsay Davenport.

Tracy, Pete, maupun Lindsay adalah sama-sama petenis polesan Robert yang dikenal dengan semangat kerja dan pendekatan disipilin. Pete yang menanggapi tanggapan Tracy dalam acara tersebut menambahkan, “If any of my kids want to learn tennis, then Robert is the man I would send them to for groundshots – without question.”

Berbekal pengetahuan seadanya dari para petenis kawakan yang istimewa, Yuri menanggapi serius saran dari Rick Macci. Dia segera menghubungi Robert Lansdrop agar bersedia melihat permainan putrinya. Pertemuan selama dua jam pun segera diatur oleh mereka. Keduanya sepakat mengadakan pertemuan tersebut di kediaman Robert, Los Angeles, California. Hal ini memaksa Maria agar terbang seorang diri dari Florida.

Robert merekam dengan bagus saat dia pertama menjumpai Maria, “Her eyes nearly popped out of her head when she saw the number of balls I had in my basket.” Setelah Maria menampilkan unjuk kebolehan, Yuri bertanya pada Robert mengenai komentarnya terhadap Maria. “She hits the ball pretty well but her concentration sucks,” ungkap Robert menanggapi. Pertemuan yang rencananya hanya dua jam justru mengalami kemuluran waktu hingga dua pekan.

Bagi Robert, Maria adalah puan mengagumkan dengan anugerah istimewa. Anugerah melimpah Maria membuatnya bingung untuk memutuskan Maria ketika bermain: dengan tangan kanan atau kiri. Pasalnya setiap dicoba, Maria selalu bisa menunjukkan penampilan mewanan dengan kedua tangan.

Setelah melalui serentetan percobaan, Robert lalu menyarankan agar Maria menekuni permainan dengan tangan kanan. Hal ini lantaran Robert melihat permainannya Maria tampak lebih alami saat menggunakan tangan kanan. Saran yang terus digunakan oleh Maria kemudian.

Robert dikenal sebagai pelatih yang jarang memuji penampilan anak asuhnya, walakin perlakuan beda untuk Maria. Pesona permainannya sanggup meluluhkan Robert untuk menyatakan, “She is a special player and a special person.” Sebagai pelatih yang menanangi Maria, Robert juga memiliki hubungan bagus dengan Yuri. Keduanya tak pernah memiliki masalah berarti.

Tangga pertama Maria dalam kejuaraan dunia tenis dimulai pada November 2000. Dia ikut serta dalam kejuaraan bergengsi Eddie Herr International Junior Tennis. Turnamen ini mulai diselenggarakan sejak 1987 atas prakarsa Glenn Feldman, cucu Eddie Herr. Glenn memprakarsai turnamen ini sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi kakeknya yang tak diragukan lagi kepada para petenis junior. Eddie Herr bahkan dijuluki sebagai ‘bapaknya petenis junior’.

Kejuaraan tersebut berkembang hingga menjadi kejuaraan paling diminati oleh pemain junior dari berbagai penjuru dunia. Agar bisa ikut serta dalam kejuaraan yang berlangsung di Eddie Herr International Bollettieri Sports Academy Bradenton, Florida, Amerika Serikat, seluruh peminat harus mendaftarkan dirinya sebelum 02 Oktober 2000 dan pesertanya akan diumumkan pada 06 November 2000.

Terdapat empat kelas yang dibuka: 12, 14, 16, dan 18 tahun. Kelas 12 tahun langsung dibuka dengan babak utama yang dilangsungkan pada 25-30 November 2000. Sedangkan tiga kelas lainnya dimulai dari babak kualifikasi pada 24-26 November 2000 dan baru masuk babak utama pada 27 November-03 Desember 2000.

Saat mengikuti kejuaraan ini, Maria baru menginjak usia 13 tahun 7 bulan. Dia masih bisa diterima berlaga di kelas 14 tahun. Namun Maria justru mendaftarkan dirinya sebagai peserta di kelas 16 tahun. Hebatnya, dia berhasil merengkuh gelar juara di kelas tersebut. Gelar juara di kelas yang lain ternyata juga diraih oleh petenis yang berasal dari Rusia, Katia Afinogenova di kelas 14 tahun, dan Alisa Kleybanova di kelas 12 tahun.

Petenis Rusia saat itu menguasai kejuaraan cabang putri. Hanya di kelas 18 tahun gelar juara harus jatuh pada petenis negeri lain, Edina Gallovits, petenis asal Rumania. Maria, dengan usianya yang masih belia untuk berlaga di kelasnya mendapat gelar tambahan berupa Rising Star Award. Gelar yang hanya diterima oleh beberapa peserta dengan persyaratan tertentu.

Sesudah usianya genap 14 tahun pada 19 April 2001, Maria melakukan ‘salto’ karier dengan mengikuti kejuaraan tingkat senior (profesional) di $75,000 Bradenton. Kejuaraan tersebut diselenggarakan di Bradenton, Amerika Serikat pada 23-29 April 2001. Pertarungan di arena outdoor tanah liat ini memperebutkan hadiah sejumlah $75,000. Kelas tunggal dan ganda dibuka pada kejuaraan ini, namun Maria hanya berlaga di kelas tunggal.

Sayangnya langkah Maria langsung terhenti pada laga pertama di babak 32 besar oleh Karin Miller. Setelah sempat menang dalam pertarungan alot di set pertama dengan angka 7-6 (2), Maria gagal mempertahankan keunggulan. Dia dihempaskan Karin di dua set berikutnya dengan angka sama, 6-4. Ini adalah satu-satunya pertemuan Maria dan Karin sepanjang karier keduanya dan $75,000 Bradenton pun menjadi satu-satunya kejuaraan senior yang dia ikuti di tahun 2001.

Sambil merangkak di turnamen senior, Maria juga ikut serta dalam turnamen junior lantaran masih belum saatnya dia melaju hingga tangga juara jika bermain di turnamen senior. Dia pun tahu diri, ngoyo bermain di turnamen senior saja justru akan mengurangi jam terbangnya. Dia tak mau kehilangan kesempatan mengasah permainan, tak peduli tingkat senior atau bukan.

Kejuaraan Ex Pilsen menjadi ajang pertamanya di tingkat junior. Kejuaraan ini diselenggarakan di arena outdoor tanah liat TK Slavia Pilsner Urquell, Plzen, Republik Ceko, pada 23 Juli - 24 Juli 2001. Cabang tunggal dan ganda dibuka pada kejuaraan dengan Grade 3 ini: Grade A untuk kejuaraan Grand Slam dan lima kejuaraan lainnya (Abierto Juvenil Mexicano, Copa Gerdau, Italian Open, Osaka Mayor's Cup and Orange Bowl), Grades 1-5, dan Grade B (kejuaraan regional). Maria hanya turun di cabang tunggal pada kejuaraan ini.

Langkahnya dimulai sejak babak kualifikasi. Tiga laga dalam babak kualifikasi berhasil dia sapu bersih. Mengalahkan Eliska Krausova (6-0; 6-1) pada kualifikasi ketiga, Vendula Vystrkova (6-0; 6-1) pada kualifikasi kedua, dan Mia Kurek (7-5; 7-5) pada kualifikasi pertama. Tak sampai di sini saja, laju Maria di babak utama pun tak terbendung.

Lima petenis berhasil dia hempaskan sejak 32 besar hingga final. Mulai dari Sandra Zahlavova (6-2; 6-3), Eva Hrdinova (6-4; 6-4), Michaela Michalkova (6-0; 4-1 –dihentikan setelah Michaela cedera), Ema Janaskova (6-2; 6-1), hingga Aurelija Miseviciute (6-1; 6-1). Kemenangan atas Aurelija Miseviciute menobatkan Maria sebagai juara.

Empat kejuaraan Grand Slam tingkat junior mulai diikuti Maria. Mulai dari US Open pada tahun 2001. Sesudah menang di babak 64 besar, dia harus rela langkahnya terhenti di babak 32 besar. Kegagalan di US Open tak menyirnakan semangatnya. Maria bangkit di Grand Slam selanjutnya, Australia Open, yang diikuti pada tahun 2002. Walau lajunya tak sanggup dihentikan lawan hingga melenggang ke final, Maria harus menerima kenyataan gagal meraih juara.

Di final yang mempertemukan dua gadis Aries ini Maria harus mengakui keunggulan Barbora Strýcová. Maria takluk dua set langsung (6-0, 7-5). Dia harus lapang dada menyaksikan petenis yang 1 tahun 22 hari lebih tua darinya dinobatkan sebagai juara. Walau gagal menobatkan dirinya menjadi juara, Maria memperoleh gelar hiburan sebagai finalis termuda sepanjang masa karena saat bermain di final tersebut usia Maria baru 14 tahun 9 bulan.

Maria kembali ikut serta dalam kejuaraan Grand Slam tingkat junior di French Open. Setelah hanya melaju hingga babak 32 besar di US Open, berhasil menjadi finalis di Australia Open, Maria justru tersungkur di babak 16 besar. Dia hanya berhasil menang dua kali saja, di babak 64 dan 32 besar.

Catatan tersebut lebih baik ketimbang prestasinya di US Open 2001, namun tak menyamai pencapaiannya Australia Open 2002. Penampilannya kalah cemerlang ketimbang petenis Indonesia, Angelique Widjaja, yang menjuarai turnamen ini. Angelique Widjaja dinobatkan sebagai juara setelah berhasil mengatasi perlawanan ketat Ashley Harkleroad (3-6, 6-1, 6-4).

Kejuaraan Grand Slam tingkat junior terakhir yang diikuti Maria adalah Wimbledon. Ini sekaligus menjadi laga pamungkasnya di tingkat junior. Terus menggerus lawan dari babak 64 besar hingga final, Maria mengulangi nasibnya di Australia Open. Maria sempat unggul 6-4 di set pertama saat berhadapan dengan sesama petenis Rusia, Vera Yevgenyevna Dushevina. Sial, dua set berikutnya dia gagal memberikan perlawanan hingga dipaksa menyerah 6-1 dan 6-2. Petenis berzodiak Aries ini pun harus gigit jari menyaksikan gadis Libra menerima cakram juara.

Januari 2002, Maria semakin mempesona. Dia berhasil menjadi puan termuda yang pernah mencapai babak final kejuaraan junior Australian Open. Kala itu umurnya baru 14 tahun 9 bulan. Dua bulan merentang, namanya masuk ke deretan peringkat dunia junior dengan menempati urutan ke-535.

Tahun 2002 juga dia berhasil mencatatkan prestasinya sebagai runner-up kejuaraan junior Wimbledon. Segala daya dan upayanya sepanjang tahun itu berhasil mengangkat peringkatnya. Akhir tahun 2002, Maria menempati ururan ke-183, naik 352 tingkat. Bermodalkan rekam jejak menawan, Maria mulai bermain dua sisi setahun berikutnya.

Maria mulai unjuk kebolehan di tingkat senior melalui kejuaraan WTA tour. Selain itu, dia juga terus menambah pengalaman dengan tetap bermain di tingkat junior. Prestasi di tingkat senior belum tampak wah, walakin di tingkat junior Maria berhasil menjuarai Australian Open.

Maria perlahan menapaki peringkat untuk lebih tinggi. Pertengahan tahun, Juni, Maria berhasil menembus jajaran peringkat 100 besar. Enam bulan berselang, di akhir tahun, dia menahbiskan dirinya berada di peringkat ke-32. Peringkat terakhir yang menjadi modalnya untuk yakin diri melangkah ke tingkat senior.

Selama berkarier di tingkat junior, Maria berhasil membukukan 47 kemenangan dari 56 pertandingan yang dilakoninya. Tercatat dia ikut serta dalam 12 kejuaraan dengan tampil di delapan kali di pertandingan final.

Sayang hanya tiga kali saja dia berhasil merengkuh gelar juara, di kejuaran Ex Pilsen serta Chanda Rubin American ITF Junior Circuit di California dan South Carolina. Hal ini membawanya menempati peringkat keenam pada 21 Oktober 2002, peringkat tertinggi yang pernah dia tempati sepanjang karier junior.

Sementara di tingkat senior cabang tunggal, Maria hanya sekali berlaga pada tahun 2001 yang berakhir kekalahan (0-1). Sedangkan di tahun 2002, di berhasil membukukan 28 kemenangan dari 33 laga yang dilakoninya. Ironisnya, 2 dari 5 kekalahan dideritanya di pertandingan final.

Walau di cabang tunggal Maria berhasil membukukan catatan lumayan marem, di cabang ganda Maria justru melempem. Dia hanya berhasil melakoni tiga laga di cabang ganda putri: dua laga bersama Gisela Dulko ketika di Indian Wells (menang dan kalah masing-masing sekali) serta sekali bertandem dengan Maria Kirilenko yang hanya sekali berlaga (kalah).

Maria tercatat ikut serta dalam 10 kejuaraan senior sepanjang 2001 hingga 2002 dengan tampil lima kali di pertandingan final. Dari kelimanya, Maria terpaksa gagal menggenggam juara di kejuaraan $25,000 Frisco dan $50,000 Pittsburgh. Maria hanya bisa menobatkan juara di kejuaraan $10,000 Gunma, $25,000 Vancouver, dan $25,000 Peachtree City, GA. Hal ini membawanya menempati peringkat 186 pada klasemen akhir tahun 2002.
 
Setitik perih yang ada mendewasakan.; Maria Yuryevna Sharapova; Мари́я Ю́рьевна Шара́пова; Maria Sharapova; Мари́я Шара́пова; Maria; Yuryevna; Sharapova; Мари́я; Ю́рьевна; Шара́пова; Russian; Russia; Antique; Divine; Incredible; Beyond; Basyar; Insan; Naas; Aries; Equinox; Azaleeaa; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; RM Adhila; Alobatnic; Alobatnic and The Battle-Mate; Pelantan; The G.O.A.T; Great of All Time; Not the Next Anyone; The Dearest One; The Azillion; Queen; Maria Sharapova — bidadari di kesunyian persembahan dari surga; bidadari di kesunyian; persembahan dari surga;
Setitik perih yang ada mendewasakan.
Peringkat 186 dibawanya sebagai modal untuk memantapkan dirinya meninggalkan tingkat junior dan menekuni tingkat senior mulai 2003. Maria sudah tak lagi berkiprah di tingkat junior saat usianya belum genap 16 tahun. Hingga akhir tahun 2002, selain keelokan parasnya, petenis yang menggemari fesyen, membaca, menari, dan mengoleksi perangko ini mulai dipandang kemampuannya.

Langkah Maria bertanding di tingkat senior tetap disertai peningkatan penampilan yang membuatnya tak begitu saja ndelesor. Malah hanya dalam jangka waktu lima bulan, Maria berhasil menembus jajaran peringkat 20 besar senior. Dua bulan berselang, Maria menghentak khalayak.

Penampilannya di Wimbledon membuat banyak mata terbelalak. Memulai kejuaraan ini dengan semat unggulan ke-13, Maria berhasil membuat perjuangan Serena Williams meraih hat-trick Wimbledon kandas. Selain mengangkat martabat, juga meningkatkan peringkat. Maria berhasil menempati peringkat keempat.

Menjadi satu kewajaran saat penampilan menawan menimbulkan keinginan dibandingkan. Maria pun demikian. Penampilan menawannya mengundang decak kagum yang membuatnya meraih semat sebagai pelanjut Anna Kournikova, sesama petenis asal Rusia. Namun Maria dengan tegas menolak semat ini dengan mengungkapkan, “I'm not the next anyone, I'm the first Maria Sharapova.” Satu ungkapan yang kemudian mengubah sematnya menjadi Maria Sharapova is not the next anyone.

Bakat hebat, dukungan penuh kedua orangtua, hubungan harmonis orangtua, ketekunan saat berlatih, kepedulian lingkungan tempatnya tumbuh-kembang, berpadu dengan semangat kuat untuk meraih impian sebagai petenis dunia. Impian untuk menahbiskan diri sebagai Maria Sharapova, yang pertama dan satu-satunya.

Maria merasa beruntung saat di Bollettieri fisiknya dilatih keras setiap hari selama empat jam. Hal ini memberinya kemampuan untuk bersaing secara fisik dalam pertarungan meraih mahkota kejuaraan. “She is extremely strict, disciplined and a perfectionist. She plays tennis like she’s preparing for an attack, a battle. Every shot has a purpose. She runs for every single ball, there’s no monkey business, she will smile but it’s a bloody damn business.” ungkap salah satu pelatih Maria saat di Bollettieri.

Agustus 2005, saat usianya belum genap 20 tahun, Maria berhasil menahbiskan namanya di urutan teratas peringkat dunia. Satu impian yang dipendam sejak lama. “If you don’t want to be number one in the world then why even start?” tegasnya. Satu waktu, Maria menyatakan, Why would you want to be number 20, and then when you get to number 20 it’s like you don’t want to be number one, you know? It’s like shoot for the moon, if you miss, you’ll still be amongst the stars, so why not want to become number one?”

Tracy Austin, yang mengetahui dengan bagus perjuangan Maria berserta ayahnya, mengungkapkan testimoni terhadapnya.Some kids have it easy, you have to ask where the drive is coming from. But Maria’s background has definitely contributed to her determination on court. Talk about having a will and drive to win!”

Karier Maria dalam dunia tenis berjalan konsisten. Bekapan cedera yang memaksanya menepi, rasa lara kala gagal mengandaskan lawan, serta ragam macam cacian dan sanjungan, dihadapinya dengan baik. Paras cantiknya mempesona, walakin dia lebih berhasrat pada tenis ketimbang menata parasnya semakin manis.

Sanjungan tak membuatnya melayang. Begitu juga cibiran tak membuatnya tumbang. Maria tetaplah Maria. Seorang penghibur yang membuat orang lain gembira. Kehadirannya Maria selalu dirindukan. Tak peduli dengan kesannya kini yang cemar, namanya masih terus dielu-elukan.
 
Maria is not the next anyone, just somene special.; Maria Yuryevna Sharapova; Мари́я Ю́рьевна Шара́пова; Maria Sharapova; Мари́я Шара́пова; Maria; Yuryevna; Sharapova; Мари́я; Ю́рьевна; Шара́пова; Russian; Russia; Antique; Divine; Incredible; Beyond; Basyar; Insan; Naas; Aries; Equinox; Azaleeaa; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; RM Adhila; Alobatnic; Alobatnic and The Battle-Mate; Pelantan; The G.O.A.T; Great of All Time; Not the Next Anyone; The Dearest One; The Azillion; Queen; Maria Sharapova — bidadari di kesunyian persembahan dari surga; bidadari di kesunyian; persembahan dari surga;
Maria is not the next anyone, just somene special.
B.Sl.Pa.030138.50.041016.16:30