Park Bom


— the one and only lovely drive me crazy give me lover’s rhapsody
 
Queen; Brian May; Farrokh Bulsara; Madonna; DEWA19; Linkin Park; 2NE1; Ahmad Dhani; Andra Ramadhan; Mike Shinoda; Britney Spears; Park Bom; CL; Musik; antique; divine; incredible; beyond; insan; basyar; naas; rabbi; rububiyyah; ilah; uluhiyyah; al-du’a; silah; al-mukmin; du’a; doa; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; RM Adhila; Mazdik; Break Hard; Alobatnic; The Battle-Mate; Alobatnic and The Battle-Mate; Pelantan;
Park Bom (kiri) saat bayi bersama Park Go Eun
Semua orang tentu memiliki panutan. Mulai orangtuanya, keluarga, tetangga, sahabat, guru, teman, hingga lainnya. Tak jarang juga panutan tersebut adalah sosok-sosok yang banyak dikenal sebagai public figure. Panutan, baik seorangan atau sekerumunan, memberi inspirasi mengenai langkah yang dilakoni dalam menjalani bicycle race. Panutan memiliki peran psikis, yang dapat memengaruhi pandangan (cara, sudut, dan jarak) terhadap sesuatu bahkan bisa memengaruhi seseorang sepenuhnya.

Panutan boleh siapa saja. Sah-sah saja preman yang nama sapaan karibnya tak elok menjadi nama sebuah gang menjadi panutan. Walakin nama dari sosok itulah yang selalu dilantan dengan penuh kasih sayang di hati mereka yang menggandrungi, mereka yang menjadikannya sebagai panutan. Itulah nama yang mudah diingat karena inspirasinya, bukan karena muka garangnya.

Ada banyak sosok yang menjadi panutan saya. Entah sosok tersebut dipandang sebagai sosok besar karena banyak orang juga mengaguminya atau dipandang sebagai sosok kecil karena sedikit orang yang mengenalnya. Siapapun dia, sepanjang dia menampilkan kesungguhan dalam melakoni life, live, love nya, pasti ada orang yang menjadikannya sebagai panutan, meski diam-diam.

Salah satu sosok yang menjadi panutan tersebut adalah Park Bom [박봄]. Sosok yang menggelinjang sebagai penghibur ini dikenal lebih luas setelah melakukan debut bersama 2NE1, 27 Maret 2009 silam. Keberhasilan 2NE1 menghentak khalayak sejak pertama menyapa menjadi jalan tingkat keterkenalan nama Bom meningkat pesat. Sebelum melakoni debut karirnya bersama 2NE1, Park Bom tinggal di Amerika Serikat dalam rentang waktu yang panjang.

Bom berada di Amerika Serikat untuk melanjutkan sekolahnya di Gould Academy, Bethel, Maine, USA. Saat menjadi pelajar di sini, dia sempat bermimpi menjadi seorang pemain sepak bola. Bom juga mulai tenggelam dalam menikmati langgam dengan banyak mengisi waktunya ditemani lantunan suara kuat Mariah Carey. Hasrat kuat masih menggeliat saat menjalani masa belajar formalnya di program studi Psychology di Lesley University, Cambridge, Massachusetts, USA.

Hasrat menggeliat tersebut mendadak sirna sesaat setelah tragedi menimpa salah seorang sahabat intimnya. Kesempatan menyaksikan laga sepak bola yang melibatkan sahabat intim tersebut yang disambut bahagia justru berakhir duka. Dalam laga tersebut, sahabat intim Bom menemui ajalnya. Hal ini membuat Bom sangat terkejut dan mengalami kesedihan mendalam. Hal ini pula yang membuatnya ‘banting impian’ untuk menjadi pelanggam.

Suasana duka yang terus menyelimuti keseharian Bom membuatnya berada dalam masa-masa diselimuti kabut jiwa. Bom bahkan harus menjalani psikoterapi dan pengobatan psikologis pada saat yang sama. Agak ironis memang, lantaran dia justru kuliah pada program studi psikologi. Lebih ironis lagi, pengobatan psikologis tersebut belakangan menjadi semacam bumerang di kemudian hari.

Tak ada yang mutlak dalam jagat raya ini. Segala peristiwa dan suasana memiliki beragam rasa, paling tidak memiliki dua rasa yang sangat jauh berbeda. Bersamaan dengan suasana duka yang dirasa, Bom merasakan gairah tak biasa muncul dalam benaknya. Di balik peristiwa yang mendadak membuat Bom tak lagi terampil bermain sepak bola, keterampilan melanggam pun justru semakin mudah dielaborasinya. Hasrat kuat untuk menjadi pelanggam pun mulai merasuk jiwa.

Serupa dengan hal tersebut, hasrat kuat menjadi pelanggam pun tak mutlak segera memberikan kebahagiaan baginya. Hasrat kuat ini sempat dia sampaikan pada orangtua yang sayangnya tak mengijinkannya untuk berkarir di ranah musik. Padahal saudara kandung Bom, Park Go-eun, pun sudah menekuni ranah musik sejak masih berusia sembilan tahun.

Berbekal gairah tak biasa dan rasa trauma yang masih ada, Bom diam-diam pindah kuliah ke Berklee College of Music, Boston, Massachusetts, USA, untuk mengelaborasi hasratnya seputar musik. Bom sebenarnya diam-diam pindah ke perguruan tinggi ini tanpa sepengetahuan orangtua, walakin sang bibi memberikan dorongan penuh pada pecandu jagung ini.

Selepas menjalani belajarnya di Berklee College of Music, Bom memilih kembali ke tanah kelahirannya, Korea Selatan, untuk menekuni karier sebagai musikus dari sana. Bom memilih YG Entertainment sebagai agensi yang kelak menaunginya. Hanya saja, bakat hebat berpadu hasrat kuat belum cukup bagi Bom untuk diterima agensi yang dipimpin oleh Yang Hyun Suk ini.

Penolakan harus rela didapat olehnya saat mengikuti audisi tahun 2003 & 2004. Penolakan tak menghentikan langkahnya dengan kembali mengikuti audisi untuk kali ketiga. Gairah tak biasa diberikan oleh Bom sejak berhasil mengukuhkan dirinya menjadi peringkat pertama dari ribuan peserta. Alhasil, dia pun berhasil membuka secercah harapan untuk mewujudkan impian berkarir di industri hiburan sejak 2005.

Bom diberi anugerah suara indah. Anugerah ini terus diasah dengan kegemarannya dalam berlanggam. Anugerah yang terus diasah menemukan jalan setelah dia bergabung dengan YG Entertainment yang memberikan kesempatan padanya untuk unjuk kebolehan dalam berlanggam. Bahkan belakangan Bom merasakan sentuhan YG Entertainment yang turut membantu dan memberikan dukungan padanya pada masa-masa kelam.

Mulanya Bom hendak diperkenalkan sebagai brand solo. Namun hal ini urung dilakukan setelah agensi memutuskan Bom masuk sebagai punggawa 2NE1. Dalam kelompok ini, Bom didapuk sebagai lead vocalist, yang kini berpadu dengan Lee Chae-rin (CL) dan Park Sandara (Dara). Meski begitu, Bom mendapat kesempatan untuk tampil seorangan sesudah berpeluh menyelesaikan serentetan pekerjaan mempromosikan brand 2NE1. Kesempatan ini diwujudkan dengan merilis You and I dan Don’t Cry. Melalui dua langgam ini, Bom sanggup keluar dari bayang-bayang tanpa membayangi brand 2NE1.

Bom sempat tampil bertandem dengan pelanggam lainnya beberapa bulan sebelum 2NE1 kembali merilis album penuh Crush. Dia urun suara dengan Lee Ha-yi dalam melantunkan All I Want for Christmas is You milik Mariah Carey. Bom memang sangat menggandrungi Carey. Berkesempatan melantunkan secara resmi karya teladan adalah satu peristiwa yang layak dikenang. Terlebih Bom dan Hi tak melantunkan persis seperti versi Carey. Aransir ulang yang dilakukan membikin keduanya bisa saling melengkapi tanpa saling membayangi.

Aransir ulang tersebut membikin langgam yang mulanya bernuansa ceria dalam kebersamaan berubah dengan memiliki suasana rindu dalam kesendirian. Ketika dilantunkan Carey, terdapat rasa bahwa perayaan yang identik dengan peristiwa keagamaan bisa dilakukan dengan penuh kegembiraan. Sementara ketika dilantunkan Bom, terdapat semangat dalam menjadikan momentum sakral tetaplah sakral.

Pesona Bom membuatnya mendapatkan ketenaran istimewa. Walau demikian, hal ini tak lantas membuatnya melupakan kebersamaan keluarga dan sahabatnya. Dia tetap melantan ikatan dengan liyan serta memiliki kebiasaan mengabadikan segala peristiwa bermakna baginya. Bom rajin menyambangi orang-orang yang memiliki ikatan batin dengannya. Bahkan saat orang tersebut sudah berpindah alam, dia rajin menyambangi ke makam.

Pesona yang membuatnya digemari, dicintai, bahkan digilai tetap disertai sikap rendah hati. Pujian dan sanjungan tak membuatnya melayang sepertihalnya hinaan dan cacian tak membuatnya mati. Bom hanya berusaha mementaskan kesehariannya selaras dengan nurani. Pementasan yang ada kalanya dipuji serta ada saatnya dicaci ini hanyalah sebagai usahanya agar dirinya tak dianggap beda dengan bersikap manusiawi. Bom tahu diri, sebagai seorang penghibur yang memiliki penggemar, segala hal terkait dirinya menjadi sorotan. Walakin dia acuh saja tak berusaha menjaga jarak dengan lingkungan.

Saya termasuk salah satu penggemar berat Bom. Saya mencintai Park Bom. Ini bukan cinta laki ke puan lho ya. Tapi ketika kariernya yang sedang bergerak memuncak tiba-tiba dirisak riak kuldesak, ada rasa getun yang sulit diutarakan. Bom memiliki daya dorong luar biasa pada saya. Dia sanggup membawa batin saya larut terhadap suatu hal. Saking hanyut emosi itu sampai pementasan perilaku tak bisa durunut dengan nalar biasa. Bom itu membahagiakan banyak orang meski dia sendiri bilang dirinya tidak happy.

B.Sn.Wg.231249.37.250916.22:12