— bukan cinta manusia biasa persembahan dari surga
Tingkat
keterkenalan Gujarat dibanding wilayah lain di India saat ini memang cenderung
lemah. Tidak seterkenal Bollywood dengan brand
industri hiburan. Walau begitu, peran Gujarat bagi India tak bisa dipandang
sebelah mata.
Gujarat
tercatat sebagai salah satu wilayah di India dengan tingkat kemakmuran yang
bagus. Pembangunan kompleks industri berskala besar dilakukan selaras dengan
pengembangan industri kerajinan tangan berskala kecil. Jauh sebelum hal ini
terjadi, Gujarat sudah dikenal sebagai pemasok imigran di beragam penjuru,
termasuk di Jawi (Nusantara).
Pasokan
imigran Gujarat bermukim di lingkungan baru bukan sekedar meramaikan walakin
ikut serta memperkaya lingkungan. Salah satu pasokan imigran Gujarat adalah
Farrokh Bulsara, penghibur yang dikenal dengan Freddie Mercury.
Bulsara,
sandang nama keluarga yang diemban Farrokh, diambil dari nama pemukiman di
pesisir selatan Gujarat, Bulsar. Bulsar yang juga dikenal dengan nama Valsad
menjadi lingkungan tempat bermukim keturunan Persia.
Penindasan
atas nama agama yang terjadi pada abad 9 M memaksa sekerumunan orang mengungsi
dari Persia ke Gujarat. Rasa aman dan nyaman membuat mereka memilih tinggal
lama sepanjang masa di sini. Rasa aman dan nyaman yang membuahkan rasa sama antara
pendatang abad 9 M dengan penghuni sebelumnya.
Rasa sama
menjadi titik temu jitu bagi mereka. Rasa yang membuat mereka saling percaya
sepanjang menjalani keseharian sebagai kerumunan yang padu. Pendatang abad 9 M
itupun diakui sebagai bagian tak terpisahkan dari khazanah India.
Farrokh yang
lahir di Kesultanan Zanzibar lebih banyak menghabiskan masa kecilnya di tanah
leluhur alih-alih tanah kelahiran. Masa kecil Farrokh dilalui dengan usaha
penanaman nilai-nilai yang diyakini oleh leluhur mereka padanya.
Nilai-nilai
seperti selalu sepenuh hati dalam melakukan keseharian, meyakini
Penguasa-Pelantan semesta alam, serta keselarasan pikiran, ucapan, dan perbuatan.
Farrokh menghormati nilai-nilai yang diajarkan padanya sedari diri ini.
Penghormatan yang disertai kemauan untuk mementaskan sepanjang menggelinjang.
Sedari dini
juga laki kelahiran 05 September 1946 ini memiliki kegemaran berekspresi dengan
melantunkan nyanyian dan memainkan alat musik. Keluarga mendorong Farrokh untuk
menekuni kegemaran buah hati dengan mengikutsertakannya pada les piano saat
usianya tujuh tahun.
Setahun
kemudian, Farrokh dikirim ke St. Peter’s School, Panchgani, Maharashtra, bagian
barat India. Sekolah yang dulu dikenal dengan European Boys’ School ini
merupakan lembaga pendirikan formal bersistem asrama dengan seluruh pelajarnya
berjenis kelamin laki.
Kegemaran
berekspresi melalui musik membuat Farrokh bermimpi menjadi seorang pemusik. Dia
mulai berusaha mewujudkan impiannya dengan bergabung grup band yang dibentuk
bersama teman-temannya di St. Peter’s School.
Bersama
Derrick Branche, Bruce Murray, Farang Irani, dan Victory Rana, mereka membentuk
sebuah grup band bernama The Hectics. Keadaan mereka sebagai pelajar St.
Peter’s School memaksa mereka tak diperkenankan menerima tawaran bermain di
luar ijin dari sekolah.
Keterpaksaan
ini membikin The Hectics memberi kesempatan pada mereka untuk bisa memainkan
beragam warna musik, meski lebih senang memainkan musik rock and roll. Mereka belum bisa menggubah karya sendiri dan hanya
memainkan karya musisi (para musikus) lain, seperti karya Cliff Richard dan
Little Richard.
Lata
Mangeshkar kala itu mulai menjadi penyanyi terkenal dengan pengaruh besar di
negerinya. Walau begitu, The Hectics lebih banyak mendengar dan memainkan
kembali karya musikus-musikus (musisi) Britania dan Amerika.
Gagasan awal
pembentukan The Hectics diberikan oleh Bruce Murray. Bruce Murray menggagas
pembentukan grup band ini atas dasar keisengan agar kelima laki dalam ikatan
persahabatan cinta yang tulus ini dikagumi puan. Keisengan yang didukung lingkungan
berhasil mencapai tujuan utama: dikagumi banyak puan.
Dukungan
orangtua Bruce mewujud melalui gitar yang dibelikan untuknya. Guru di sekolah
mendukung mereka dengan meminjamkan piano sekolah dan membantu mengongkosi
pembelian drum.
Kelima
punggawa saling mendukung dengan iuran membeli bass. Para punggawa sangat
bersyukur memiliki Farrokh dalam grup mereka. Bagi The Hectics, Farrokh adalah
anugerah istimewa dengan impian yang melampui angan keempat the battle-mate-nya.
Bersama The
Hectics, Farrokh menjadi bintang dalam setiap pentas yang dilakukan dengan
menjalankan peran sebagai lead vocalist,
keyboardist, dan guitarist. Sementara itu, lead
guitarist diperankan oleh Derrick Branche, bassist oleh Farang Irani, dan drummer
oleh Victory Rana.
Farrokh
adalah playmaker dalam The Hectics
yang sanggup mementaskan dirinya hingga menjadi ikonik. Kelihaian Farrokh
menggubah langgam azam dimulai dengan kebiasaannya menyimak karya musik
terkenal lalu mengutak-atik alunan nadanya.
Bruce Murray
menjadi rekan Farrokh yang paling banyak membantunya menulis lirik. Kelihaian tersebut
berkelindan dengan keindahan suara Farrokh yang sanggup melantunkan langgam
beragam warna, mulai dari musik classic
hingga rock ’n’ roll.
Selain
menjadi punggawa The Hectics, Farrokh juga menjadi punggawa kelompok musik
klasik barat di sekolahnya. Dalam kelompok ini, Farrokh dibiasakan melantunkan
suara dengan berpadu bersama dua rekannya pada tingkat nada berbeda.
Sayang The
Hectics hanya berumur pendek. Mereka hanya sanggup menggelinjang setengah windu
(1958–1962) tanpa diperpanjang. Kepindahan Farrokh dari Bulsar untuk kembali ke
Zanzibar menjadi salah satu pemicu grup ini bubar. Keempat punggawa melanjutkan
bicycle race mereka sendiri-sendiri.
Bruce Murray,
penggagas keisengan, mengelola The Music Centre di Bedford, Inggris. Victory
Rana menjadi tentara Nepal yang bertugas sebagai pemimpin pasukan perdamaian di
Siprus. Farrang Irani melanjutkan wiraswasta warung makan (bisnis restoran)
yang dari keluarganya dan mengembangkan usaha serupa di bandar udara.
Derrick
Branche serupa dengan Farrokh dengan berkarier sebagai penghibur dengan menjadi
pemeran film di Britania. Walau berumur singkat, The Hectics menjani angan yang
mewujud menjadi kenangan melekat. Bagi Farrokh, pengalaman di The Hectics dan
kelompok musik klasik sekolah menjadi bagian dari pondasi Farrokh dalam
membangun Queen beberapa tahun kemudian.
Melalui The
Hectics juga Farroh terlatih untuk tak melayang dengan sanjungan dan tak
langsir dengan kata-kata nyinyir dari
tukang pandir yang sirik tiada akhir. Satu sisi, Farrokh menjadi bintang pentas
nan cerdas. Satu sisi, giginya yang
menonjol menjadi pemantik risakan dari liyan.
Sejak dari
The Hectics juga Farrokh mulai memperkenalkan dirinya dengan Freddie. Sapaan
Buckie dari the battle-mate Farrokh
di The Hectics tak diterima Farrokh. Sebagai bentuk penolakan, Farrokh
memperkenalkan dirinya dengan sapaan Freddie.
Usaha
mengubah sapaan tak bisa disebut berhasil, meski tak tepat disebut gagal. Sepanjang
di Bulsar, Farrokh melekat dengan sapaan Buckie dan Freddie sekaligus.
The Hectics
terpaksa ditinggalkan oleh Farrokh seiring keputusan keluarganya kembali ke
tanah kelahiran di Kesultanan Zanzibar pada Februari 1963. Sayang, keadaan
lingkungan memaksa Farrokh menikam jejak leluhurnya satu milenium silam.
Gelora
Revolusi Zanzibar yang memuncak pada 12 Januari 1964 memantik kekacauan
lingkungan. Keturunan Arab, Persia, dan India banyak menjadi sasaran
pembunuhan. Keadaan demikian memaksa keluarga Farrokh mengamankan diri mereka
dengan meninggalkan Zanzibar.
Bersama Boni
(ayah), Jer (bunda), dan Kashmira (adik), Farrokh pindah ke Kesultanan Britania
Raya. keluarganya pindah ke sebuah rumah kecil dengan empat kamar di 22
Gladstone Avenue, Feltham, Middlesex, Inggris.
Sebagai
pemukim baru, keluarga ini merasakan kesulitan penyesuaian lingkungan. Namun
Farrokh bisa berkembang dengan laras dan pantas. Kepindahan ke Kesultanan
Britania Raya ditindaklanjuti dengan belajar formalnya.
Farrokh
didaftarkan ke Isleworth Polytechnic (kini West Thames College) untuk belajar
seni. Belajar formalnya dilanjutkan di Ealing Art College (kini bagian
University of West London) hingga memperoleh ijazah seni dan desain grafis.
Seperti
umumnya orangtua, Boni dan Jer berharap keterampilan yang disertai ijazah
formal menjadi jalan buah hatinya untuk mendapat pekerjaan tetap. Sebagian
besar keluarga mereka bekerja sebagai pengacara atau akuntan.
Boni,
ayahnya, adalah pekerja akuntan. Hanya saja Farrokh merasa dirinya tak cukup
pintar untuk bekerja seperti itu. Sebagai gantinya, Farrokh bersikeras untuk
menjadi musikus.
Orangtua
mereka mulanya biasa saja menanggapinya. Mereka menganggap keinginan ini
hanyalah bagian dari langkah pertumbuhan yang bisa hilang seiring waktu berjalan.
Namun perlahan malar keduanya mengerti bahwa musik adalah panggilan nurani
Farrokh yang tak bisa dihilangkan bahkan dengan paksaaan.
Jer, bunda
sekaligus orang terintimnya, sempat merasa sedih akan hal ini. Dia sempat
merasa ijazah yang diperoleh putranya tak berguna. Jer lebih sedih lagi setelah
Farrokh memutuskan pindah tempat tinggal meninggal rumah orangtua untuk bisa
mengelaborasi keterampilan bermusik.
Kebiasaan
menyanyi dan memainkan alat musik saat itu meresahkan tetangga dekat mereka hingga
Farrokh memaksa memilih pindah. Walau ada rasa sedih, Jer memahami keputusan
memilih putranya.
Kedua
orangtua tak keberatan dengan pilihan yang diambil putranya hingga mudah
merestuinya segera. Restu yang membuat Farrokh tak mengalami peristiwa seperti
seteru abadinya, Brian May.
Hubungan
Farrokh dan Jer, seperti umumnya anak laki dan ibu, sangat intim. Kepindahan
Farrokh ke Kensington tak disertai keinginannya untuk berpisah. Saat waktu
luang datang, Farrokh rutin berkunjung ke rumah keluarganya. Melepas rindu
pendera kalbu melalui obrolan dalam perjumpaan dengan ditemani masakan bunda
dan cemilan.
Daging
giling manis-asam masakan bunda serta biskuit keju merupakan sajian paling
disuka Farrokh. Saat dirinya mulai dikenal sebagai penghibur, Farrokh pernah
meminta bundanya memasakkan sajian tersebut untuk makan malam bersama beberapa
orang.
Kebersamaan
dengan keluarga menjadi pelepas rindu Farrokh untuk mementaskan dirinya sebagai
manusia biasa saat dia mulai dikenal luas sebagai penghibur. Farrokh dengan
tegas memisahkan urusan profesional dengan urusan personal.
Sebagai
anak, Farrokh selalu berusaha membahagiakan dan membanggakan orangtuanya. Dia
sering membelikan cenderamata untuk hiasan di rumah, mengajak orangtua
menemaninya bekerja di studio rekaman, hingga menyiapkan acara istimewa untuk
bunda.
Rasa sayang
Farrokh sempat membuatnya terlibat keributan dengan Jer. Satu waktu, saat
Farrokh mengadakan makan-makan untuk sang bunda, Jer berinisiatif membantu
mempersiapkan makanan di dapur. Namun Farrokh meradang dan bersikeras agar Jer
duduk manis saja dengan santai menikmati acara itu.
Sebagai
musikus, Farrokh mengabadikan bundanya melalui langgam azam bertajuk Bohemian Rhapsody yang dirilis sebagai
langgam tunggal pada 31 Oktober 1975.
Keintiman
hubungan Farrokh dan bunda membuatnya ingin memperkenalkan Mary Austin, one time girlfriend dan long time close friend Farrokh, pada
sang bunda. Sebagai penghibuur mapan, Farrokh memang memiliki banyak penggemar
yang saling mencintai dengannya.
Walau begitu,
sebagai manusia biasa, Farrokh memiliki rasa cinta individual pada seseorang.
Mary Austin sendiri merupakan satu-satunya orang yang dicintainya. Rasa cinta
tersebut diabadikan olehnya melalui Love
of My Life.
Bersama Bohemian Rhapsody, Love of My Life menjadi pengisi album A Night at the Opera yang dirlis pada 21 November 1975. A Night at the Opera kerap disebut
sebagai album immortal dari Queen
dengan dua langgam tersebut menjadi karya ikonik nan antik. Paduan kecerdasan, ketulusan, kegembiraan, dan keberuntungan
adalah hal penting yang tak patut dilupakan.
Mary Austin
patut mendapat karya agung ini. Dia orang yang sanggup menarik rasa cinta orang
besar namun tak pernah menggunakan kesanggupannya untuk berbuat semaunya. Selain
dekat dengan Farrokh, Mary malah lebih dulu menjalin persahabatan dengan Roger
Taylor dan Brian May, dua the battle-mate
Farrokh di Queen.
Sebelum
Farrokh menjadi orang besar, Mary membantu Farrokh jualan pakaian bekas di
pasar Kensington, London. Selain jualan pakaian bekas, Farrokh juga sempat
bekerja di bandara Heathrow. Perjuangan mewujudkan impian menjadi penyanyi
dimulai dengan bergabung beberapa grup band.
Ibex, grup
band asal Liverpool, Merseyside, Inggris, menjadi pelabuhan awal. Grup ini
dibentuk pada 1969, nyaris bersamaan dengan Brian Brian dan Roger Taylor yang
sudah membentuk Smile bersama Tim Staffel.
Ibex terdiri
dari lima punggawa seperti The Hectics: Mike Bersin (lead guitarist), Mick Smith (drummer),
John 'Tupp' Taylor (bassist), Harry
Hamilton (lead vocalist), dan Farroh (keyboardist dan co-vocalist). Saat bersama Ibex, Farrokh sempat tinggal di sebuah
flat di Liverpool, The Dovedale Towers.
Umur Ibex
lebih singkat ketimbang The Hectics. Band ini sempat mengubah namanya menjadi
Wreckage pada Oktober 1969, namun mendadak bubar pada November 1969. Walau
begitu, melalui Ibex lah Farrokh untuk kali pertama unjuk penampilan bersama
Brian Brian dan Roger Taylor yang saat itu bersama Smile.
Ibex dan
Smile tampil bersama pada 09 September 1969 dalam pentas di The Sink,
Liverpool. Kegagalan melanjutkan unjuk pementasan bersama Ibex membuat Farrokh
bergabung dengan Sour Milk Sea pada Februari 1970.
Sour Milk
Sea merupakan grup band yang dibentuk dengan nama Tomato City pada pertengahan
1969 oleh empat pelajar St. Edward's School: Chris Dummett (lead guitarist dan vocalist),
Jeremy Gallop (rhythm guitarist),
Paul Miline (bassist), dan Boris
Peter Bransby-Williams (drummer).
Sayang Boris Williams tak lama bertahan bersama Tomato City.
Seiring
kepergian Boris Williams, ketiga pendiri yang tersisa kemudian berpadu dengan
tiga dua punggawa baru: Robert Tyrell (drummer)
dan Farrokh (keyboardist dan lead vocalist). Nahas, bergabungnya
Farrokh dalam band ini justru memicu riak pemaksa kuldesak yang dialami mereka.
Perdebatan
Gallop dan Farokh terkait warna karya musik mereka menjadi pemicunya. Terlebih
persahabatan intim Farrokh dan Dummett memancing rasa tak suka dari Gallop. Perdebatan
tak terseleisakan memaksa Sour Milk Sea bubar barisan beberapa pekan kemudian.
Saat-saat
terakhir dengan Sour Milk Sea, Farrokh sempat bermain bersama Dummett Imperial
Lecture Theatre. Keduanya bermain di tempat tersebut bersama John Deacon, anak
ajaib yang kelak bersama Farrokh, Brian, dan Roger memperjuangkan Queen. Walau
Deacon bergabung dengan ketiga pendiri Queen ini belakangan.
Kegagalan
Farrokh Bulsara bersama Sour Milk Sea nyaris bersamaan dengan kegagalan Brian May
dan Roger Taylor bersama Smile. Laki kelahiran 19 Juli 1947 mulanya mengajak kawannya yang merupakan
pelajar di Ealing Art College, Timothy John Staffell (Tim Staffell) untuk
membentuk sebuah grup band.
Saat
itu Brian menjadi pelajar di Imperial College London dengan gairah tak biasa
ketika memainkan gitar. Keduanya pun segera berbagi peran, Brian sebagai guitarist sementara Tim biasa sebagai bassist dan vocalist. Keduanya membutuhkan seorang sebagai
penggebuk drum.
Sebagai
tindak lanjut mewujudkan keisengan, Brian mengumumkan audisi pencarian drummer yang ditulisnya di papan
pengumuman perguruan tinggi tempat dia belajar. Dalam pengumumannya, Brian menyebut
nama John Ronald Mitchell (Mitch Mitchell) & Peter Edward Baker (Ginger
Baker) sebagai gambaran drummer yang
dicari.
Roger
Taylor yang melihat pengumuman ini tertarik untuk mengikuti audisi. Roger saat
itu masih menjalani masa belajarnya di program studi Dokter Gigi di perguruan
tinggi yang sama dengan May. Setelah menjalani masa audisi, laki kelahiran 26 Juli 1949 inipun didapuk
menjadi drummer bentukan Brian tersebut.
Brian, Tim, dan Roger lalu bersama membentuk grup band yang mereka beri nama
Smile pada 1968.
Band
ini lebih bagus perjalanannya ketimbang band tempat Farrokh bergabung pada saat
bersamaan. Tak begitu lama sesudah dibentuk, Smile dengan segera mendapatkan perusahaan
rekaman yang menaunginya.
Sekitar
setahun sesudah pembentukan, 1969, Smile mendatangani kontrak dengan Mercury
Records, yang memberikan pengalaman rekaman di salah satu studio milik mereka,
Trident Studios, pada tahun tersebut.
Perjalanan
rekaman yang dimulai pada tahun kedua sesudah pembentukan berjalan bagus. Smile
berhasil merampungkan enam langgam gubahan sendiri untuk disajikan pada
khalayak.
Tiga
langgam perdana berjudul Earth, Step on Me, dan Doin’ All Right, direkam pada Juni 1969. Beberapa bulan kemudian,
September 1969, tiga langgam menambahi daftar rekam langgam mereka. Ketiga
langgam tersebut berjudul April Lady,
Blag, dan Polar Bear.
Pada
masa-masa berjuang mengibarkan bendera Smile, Tim juga menjalin persahabatan
intim dengan Farrokh. Keduanya sama-sama menjadi pelajar di Ealing Art College.
Kepada Farrokh, Tim memperkenalkan band barunya bernama Smile itu.
Farrokh
tak lama-lama menyimak enam langgam yang sudah dihasilkan Smile. Dia sangat
menikmati sajian musik yang diberikan dan segera menyebut dirinya sebagai
penggemar berat Smile.
Sayang
band yang dibentuk dengan semangat menggebu atas dasar keisengan Brian ini
hanya berumur sekejap saja. Mereka hanya berhasil menghasilkan enam langgam
saja dan membubarkan diri pada tahun 1970, dua tahun sesudah dibentuk.
Pengunduran
diri Tim dari Smile untuk membentuk Humpy Bong membikin Brian serta Roger
memutuskan Smile bubar. Serupa dengan Smile, Humpy Bong pun
dibentuk oleh dua orang, Frederick Colin Petersen dan Jonathan Kelly.
Colin
yang menjadi drummer, serta Jonathan
yang bermain sebagai lead vocalist
dan lead guitarist, membutuhkan satu
orang lagi untuk bermain sebagai bassist
dan co-vocalist.
Tim
yang sudah membentuk Smile bersama Brian dan Roger, tertarik untuk bergabung dengan
Humpy Bong. Ketertarikan yang belakangan membikin Tim harus undur diri dari
Smile.
Farrokh
yang sudah kesengsem dengan karya Smile tak rela grup ini bubar begitu saja.
Dia terus mendorong Brian dan Roger untuk tetap melanjutkan unjuk rasa mereka.
Ketiganya lalu sepakat membentuk grup band baru.
Grup
yang bisa menjadi pewadah hasrat mereka bersama memadu unjuk rasa melalui karya
musik untuk menghibur yang papa dan mengingatkan yang mapan. Grup
band baru yang mereka sepakati itu dinamakan Queen, pemberian Farrokh.
Farrokh
menyebut bahwa Queen hanyalah nama yang terlintas dalam hatinya saat itu. Dia
sangat senang dengan nama yang terasa indah dan memiliki muruah ini. Selain
itu, nama Queen juga bersifat umum dan bebas dibahas dengan beragam penafsiran.
Dengan
semangat, ketiganya menata barisan dalam grup baru ini: Farrokh sebagai lead vocalist dan keyboardist, Brian menjadi lead
guitarist dan co-vocalist, serta
Roger menjadi drummer dan co-vocalist.
Mereka
masih membutuhkan satu orang untuk mengisi posisi sebagai bassist yang juga bisa
menjadi co-vocalist. Kali ini Brian tak
seberuntung saat dia mendapatkan Roger untuk Smile. Butuh beberapa saat yang
walau tak terlampau lama sempat membikin mereka bongkar-pasang susunan pemain
di masa-masa awal pembentukan.
Semula
posisi ini ditempati oleh Mike Grose yang bergabung pada akhir tahun 1970.
Sayang Mike dan Queen belum bisa menemukan kepaduan. Mike pun segera digantikan
oleh Barry Mitchell selama pergantian tahun 1970 menjadi 1971. Barry pun tak
bisa cocok dengan Queen dan harus digantikan oleh Doug Ewood Boogie.
Lagi
dan lagi, pencabik bass ketiga ini pun tak cocok. Hingga akhirnya pada Februari
1971, mereka mendapatkan bassist
abadi mereka, John Richard Deacon, anak ajaib kelahiran Leicester, Britania, 19
Agustus 1951.
Keempat
the great line-up ini segera
menemukan kecocokan teknis dan psikis. Kecocokan yang kelak akan menimbulkan
perdebatan ketika Freddie pindah dimensi alam. Keempatnya, walau belum
mendapatkan perusahaan rekaman, dengan percaya diri mulai unjuk penampilan.
Penampilan
perdana mereka lakukan di sebuah perguruan tinggi di perguruan tinggi Surrey,
London, pada 02 Juli 1971. Penampilan tersebut memberikan kesempatan pada
mereka untuk melakukan rekaman awal dengan menggunakan De Lane Lea Studios,
sebuah studio musik yang terletak di Jalan
Dean no. 75, Soho, London.
Di
studio itu pula grup band legendaris pendahulu Queen, The Beatles dan The
Rolling Stones, merekam demo debut mereka. Di sini Queen merekam langgam
sebagai demo yang ditawarkan pada perusahaan rekaman.
Perekaman
awal dilakukan pada Desember 1971 dengan menghasilkan empat buah langgam
gubahan sendiri: Liar, Keep Yourself Alive, The Night Comes Down, dan Jesus. Sayang, tak ada satupun
perusahaan rekaman yang tertarik dengan keempat karya yang mereka tawarkan itu.
Pada
masa-masa bergerilya gentayangan mencari perusahaan rekaman ini, Farrokh
menambahkan nama Mercury di belakang nama sapaannya, Freddie. Nama ‘Mercury’
terinspirasi dari karya gubahan Queen sendiri berjudul My Fairy King. Paduan kata dalam balutan nada, “Mother Mercury, look what they've done to me”, menginspirasinya
untuk melengkapi sapaannya menjadi Freddie Mercury.
Keterampilan
yang didapat Farrokh saat belajar seni membuatnya merasa perlu untuk membentuk
logo Queen. Tanpa pikir panjang, dia pun segera menyusun rancangan. Rancangan
dasar logo tersebut berupa mahkota yang biasa dipakai oleh ratu (queen). Dasar logo tersebut kemudian
digabungkan dengan lambang zodiak setiap punggawa.
Dua
singa sebagai penanda zodiak Roger dan Deacon (Leo), kepiting menandai zodiak
Brian (Cancer), sementara peri menjadi penanda Farrokh (Virgo). Kedua singa
masing-masing memegang huruf Q yang mewadahi sebuah mahkota, kepiting berada di
atas huruf Q, serta peri digambarkan ada dua yang masing-masing tampak
berlindung di bawah singa.
Seluruh
logo tersebut dibubuhi kobaran api dan tampak dilindungi oleh seekor burung
phoenix berukuran besar. Logo ini sangat terasa Britania lantaran disengaja
supaya menyerupai logo Britania Raya dan pendukung tim sepak bola nasional
Inggris.
Penyusunan
logo ini, walau semula tak diduga, terjadi beberapa saat saja jelang rekaman
perdana mereka. Walau sempat terjadi beberapa perubahan, logo ini terus
digunakan sejak pertama dirancang hingga sekarang. Perubahan memang tak begitu
kentara lantaran tetap menggunakan bentuk yang sama dengan perbedaan pada pada
warna.
Sesudah
mengalami gerilya mencari perusahaan rekaman, akhirnya Queen berhasil memulai
unjuk rasa melalui karya mereka dengan membawa label EMI. Mereka melakoni
rekaman di Trident Studios, London, Britania sepanjang Juni hingga November
1972, dan berhasil merilis album perdana mereka.
Album
perdana berjudul Queen tersebut
dirilis pada 13 Juli 1973 berhasil mendapat sambutan hangat. Sayang sambutan
hangat tersebut belum membikin Queen dikenal lebih luas di daratan Britania.
Tak
lama-lama, mereka segera kembali ke dapur rekaman. Perekaman yang dilakukan di
Trident Studios, London, sepanjang Agustus 1973 ini berhasil merilis album
kedua berjudul Queen II pada 08 Maret
1974. Album ini membawa nama Queen berhasil dikenal luas di daratan Britania.
Pada
tahun yang sama, sebuah album berhasil mereka hadirkan kembali. Album berjudul Sheer Heart Attack dirilis pada 8
November 1974 menjadi penegas bahwa Queen siap bertarung dan berjuang dengan brand lain.
Meski
terbilang berani dan produktif dalam berkarya (satu album tahun 1973 dan dua
album tahun 1974), Queen baru benar-benar menghentak khalayak ketika mereka
merilis album keempat berjudul A Night at
the Opera.
Album
yang isinya direkam di Sarm West Studios, Olympic Studios, dan Rockfield
Studios sepanjang Agustus hingga November 1975 ini berhasil melejitkan nama
mereka ke jajaran grup band papan atas.
Melalui
album yang dirilis pada 21 November 1975 ini, Queen berhasil menahbiskan diri
mereka sebagai ‘Queen’ sejak saat itu. Menjadi grup yang membangun ‘Kesultanan
Cinta’ supaya manusia saling mencintai sesama seperti
mencintai Tuhannya sang Pencipta.